Chapter 18 - Tekad yang Terpatahkan

259 41 10
                                    

Backsound chapter ini adalah
ORANGE - 7!!
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Radi jalan tergesa menuju ke dalam sebuah ruangan yang biasa dijadikan tempatnya dan tim balapan istirahat di sirkuit. Semua timnya langsung berdiri begitu Radi masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Maksudnya bagaimana? Ge benar-benar diambil oleh Pak Krisna?" tanyanya dengan nafas memburu.

"Harusnya kami yang bertanya, kenapa malah bertanya balik? Kamu juga kemana saja, Rad? Dari beberapa hari yang lalu tidak bisa dihubungi. Kami bingung, kami pikir Ge memang diambil Pak Krisna atas permintaanmu." Romi sebagai ketua tim balapan Radi langsung menjawab mewakili yang lainnya. Dua hari yang lalu mobil balap yang biasa Radi pakai untuk balapan ditarik oleh Krisna. Tidak ada yang mencegahnya, karena mereka pikir mobil tersebut diambil atas persetujuan Radi sendiri.

Radi mengusap wajahnya kasar, papanya benar-benar tidak main-main. Radi terlalu fokus pindahan dan kemo pertamanya sampai dia melupakan fakta bahwa "Ge" mobil balap kesayangannya adalah pemberian dari sang papa. Dia lupa tidak menyerahkan Ge pada papanya secara langsung, pantas saja papanya bergerak sendiri.

"Sudahlah gak papa, Bang." Radi berjalan gontai lalu mendudukkan dirinya di kepala meja yang ada di ruang itu.

"Sebelumnya mohon maaf kalau Pak Krisna mengambil mobil tiba-tiba membuat kalian terkejut. Terkait balapan nanti kita pakai mobil cadangan saja." Radi memang memiliki dua mobil balap cadangan yang dia beli memakai uangnya sendiri. Tapi setiap balapan resmi dia hanya memakai Ge saja.

"Tidak masalah, Tuan. Mau memakai yang mana? yang merah atau putih?" tanya salah satu anggota tim.

"Pakai yang putih. Tolong kalian persiapkan mobil putih itu agar setara dengan Ge." Mereka mengangguk paham lalu segera mencatatnya. Mereka semua sudah memiliki tugasnya masing-masing, jadi mereka langsung mencatat agar hasilnya maksimal dan tidak ada yang terlewatkan.

"Boleh minta perhatiannya sebentar? Kalian kerjakan pekerjaan kalian setelah saya pulang saja. Saya ingin berbicara santai dengan kalian." Mendengar permintaan Radi, mereka langsung meletakkan note, ponsel, dan menutup laptop mereka. Kini mereka memfokuskan diri mereka pada sang bos. Mereka tahu, santainya Radi justru bermakna sebaliknya.

"Balapan minggu depan adalah balapan saya yang terakhir, saya akan hiatus panjang setelah ini." Hening, tidak ada yang memberikan respons apapun. Radi menghembuskan nafasnya pelan melihat mereka demikian.

"Hiatus? Yang bener saja, Rad!" sahut Romi tidak percaya. Mereka sudah mengawal Radi balapan sejak Radi SMA, jadi sulit dipercaya Radi hiatus tiba-tiba.

"Tidak usah bercanda yah, Rad! Kita tahu secinta apa kamu sama balapan, tidak mungkin kamu hiatus gitu ajah."

"Benar kata Bang Romi, Tuan. Tidak mungkin anda mau hiatus begitu saja. Jika memang benar, tolong jelaskan alasannya."

"Ckck kalian santai saja. Kalian semua kan lebih tua dari saya. Jadi berhenti memanggil saya tuan!" pinta Radi serius. Melihat ekspresi Radi mereka jadi percaya bahwa Radi tidak sedang bercanda.

"Sekali lagi saya katakan minggu depan adalah balapan saya yang terakhir. Saya akan hiatus panjang." Jujur saja mereka semua benar-benar terkejut dan tidak mempercayainya.

"Saya sakit kanker otak stadium dua makanya saya harus hiatus." Belum cukup mereka terkejut oleh keputusan hiatus Radi, kini mereka dikejutkan perkara alasannya. Mereka serentak menegakkan posisi duduk mereka, Radi tersenyum kecil dengan wajah teduhnya melihat reaksi semua tim balapnya. Tapi pemuda itu tetap santai saja, dia duduk tenang dengan punggung tetap menyandar nyaman di kursi yang didudukinya.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang