Chapter 45 - Bagaimana Jika ...

334 48 23
                                    

Backsound chapter ini adalahSEAMIN TAK SEIMAN - MahenSilakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Backsound chapter ini adalah
SEAMIN TAK SEIMAN - Mahen
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

"Pelan-pelan, Bang!" Abidzar menuntun Radi yang baru saja selesai sholat, abangnya itu memaksa untuk sholat berdiri padahal tangan kirinya saja masih harus disangga oleh sling arm

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan-pelan, Bang!" Abidzar menuntun Radi yang baru saja selesai sholat, abangnya itu memaksa untuk sholat berdiri padahal tangan kirinya saja masih harus disangga oleh sling arm.

"Dzar, duduk di sofa saja," pinta Radi yang langsung dituruti Abidzar.

Sesuai dengan penjelasan James dan Jeffan, saat Radi bangun siang tadi dia sudah bisa beraktifitas seperti biasanya meski masih cukup lemas. Sayangnya Radi masih belum bisa memakan makanan yang bertekstur kasar. Tapi itu jauh lebih baik daripada tidak bisa apa-apa seperti kemarin.

"Bang, gak mau pertimbangkan saran Abi untuk memberitahu Om Kris dan yang lain?" tanya Abidzar saat Radi sudah duduk nyaman di sofa.

"Besok itu natal, Dzar. Hari dimana seharusnya Papah dan yang lain bersuka cita. Abang tidak mau merusak kebahagiaan mereka." Abidzar menghembuskan nafasnya kasar, Radi sungguh keras kepala.

"Bang?!" Radi tidak menghiraukan Abidzar, dia memilih membasahi tenggorokannya dengan jus mangga yang ada di meja. Tenggorokannya masih sedikit sakit, suaranya juga masih sedikit serak.

Ponsel yang ada di saku Radi berdering tanda sebuah panggilan masuk, Radi langsung mengangkatnya tanpa melihat lebih dulu ID nomornya.

"Nomor anda sudah saya buka blokirannya." Radi langsung menegakkan duduknya. Sungguh panggilan yang tidak pernah disangka. Wajah Radi langsung berbinar mendengar suara tersebut, itu suara Krisna.

"Pak Krisna?" tanya Radi memastikan, Krisna mengiyakan dengan deheman.

"Alhamdulillah, terima kasih banyak, Pak." Abidzar tersenyum melihat binar bahagia di wajah abangnya. Sementara Krisna mengerutkan keningnya di seberang sana, suara putranya terdengar serak.

"Besok malam saya mengundang anda ke rumah untuk makan malam, seperti biasa yang keluarganya jauh dan merayakan natal akan makan malam di rumah saya." Radi termenung mendengar undangan dari sang papah, senyum dan binar bahagianya perlahan memudar. Kenapa hari ini datang disaat keadaannya seperti sekarang? Itu pikir Radi.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang