Chapter 22 - VS

190 37 13
                                    

Backsound chapter ini adalah
Kembalikan Senyumku - Melly Goeslaw
Silakan putar di platform musik yg kalian pakai dengan mode putar ulang!

Happy Reading!
Enjoy!
.
.
.

Radi, Andi, dan Jodi kini tengah sibuk mempersiapkan bahan presentasi dan demo untuk Radi besok. Selama dua minggu ini mereka bekerja sangat keras.

"Rad, lima matriksnya udah gue gabungin di satu file," lapor Jodi. Radi mengangguk, dia segera mengecek di laptopnya. Setelah dirasa semua file aman Radi segera mematikan laptopnya.

"Slide presentasi udah gue sesuaikan dengan revisi terakhir. Masih ada yang perlu direvisi nggak?" tanya Andi meastikan. Radi menggeleng, karena dia sudah mengeceknya tadi siang.

"Aman, slide presentasi udah gue cek siang tadi udah ok. Thanks banget ya kalian udah kerja keras banget dua minggu ini." Radi beranjak dari kursi kerjanya, lalu memasukkan map dan laptopnya ke dalam tas kerjanya.

"Tas kerja aman, baju juga udah gue setrika. Tinggal perang ajah besok." Radi menghembuskan nafasnya lega.

"Makan dulu udah! Lo kok tegang banget sih? Perasaan lo udah sering perang buat ngerebutin projek lebih gede dari ini. Kalem ajah kali, Rad." Jodi menarik tangan sahabatnya ke meja makan untuk makan malam.

"Kali ini beda, ini pertama kalinya gue perang tanpa bawa nama Prasetya Grup," jawab Radi sambil mendudukkan dirinya di kursi makan.

"Halah, lo kan punya perusahaan sendiri. Dari lama lo sering bawa nama pribadi secara independen. Jangan merendah!" tukas Andi, dia membuka iPad miliknya sambil makan malam.

"Tetep ajah gue tegang, padahal kemungkinan gue gak punya saingan sih besok." Sejauh ini Radi memang belum mendapat kabar ada yang mendaftar selain dirinya.

"Ya gak bakal ada saingan, orang paten dasarnya ajah punya lo kok. Santai ajah, Rad! Lo terlalu pintar untuk merasa nervous," cibir Jodi sekaligus memuji.

"Bismillah deh, doain gue yah?" pinta Radi serius.

"Pastilah, kesuksesan lo kan kesuksesan kita berdua juga." Radi tersenyum mendengar jawaban hangat tersebut. Betapa dia sangat bersyukur memiliki sahabat-sahabat yang baik di hidupnya.

"BTW, ini lo serius ngerubah rencana pembangunan buat gedung kantor jadi cancer center? Ada angin apa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Andi sambil memeriksa rancangan baru Radi untuk tanah yang seharusnya Radi jadikan gedung kantor.

"Serius, untungnya beton dan kawan-kawan belum dipasang sesuai rancangan awal."

"Untuk legal, syarat sanitasi, semuanya aman, kan?" tanya Jodi sambil mengambil alih iPad milik Andi memeriksa perubahan surat-surat yang ada.

"Aman, alhamdulillah semua kriterianya masuk di tanah yang gue beli dulu. Tim legal mengurusnya dengan baik, pihak kementrian juga sudah acc." Jodi mengangguk paham.

"Peletakan batu pertamanya kapan?" tanya Jodi sambil mengembalikan iPad tersebut pada Andi.

"Gak ada acara begitu-begituan. Gue gak mau terlalu heboh, nanti ajah pas peresmian gue bikin acara. Tapi pembangunan dieksekusi lima hari lagi. Menunggu legal anak perusahaannya keluar lebih dulu. Kalau lancar insya Allah keluar nanti lusa," jelas Radi sambil melahap makanannya.

"Alasannya apa, Rad? Tiba-tiba sekali tertarik ke bidang medis? Spesifikasinya kanker lagi," tanya Jodi penasaran.

"Gara-gara kemarin pas medical check up gue ketemu pasien yang baru didiagnosa kanker otak. Gue lihat dia terpukul banget, gue jadi terenyuh. Jadi kepikiran gue pengen nyediain fasilitas kesehatan khusus kanker yang terbaik, sekaligus juga ngasih bantuan buat pasien-pasien kanker yang kurang mampu." Radi menjelaskan alasannya dengan jujur, meski tidak menerangkan jika itu adalah dirinya sendiri.

RADIAN (PREQUEL OF ABANG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang