Ternyata, memutuskan menikah dengannya tidaklah seburuk yang aku bayangkan.
-Azzalea Syafa Lorenza°°°
30 menit kemudian, Bilal menghentikan mobilnya dan mengajak Lea turun. Suasana yang begitu ramai karena banyaknya manusia yang sedang lalu lalang disekitar kampus. Mereka semua sangat antusias memasuki pagar kampus sambil memegang buku dan tas milik mereka.
Mata Lea melotot tajam, bibir mungilnya terbuka lebar, dengan badan yang langsung terhenti sejenak layaknya patung. Lea tidak tahu kenapa Bilal membawanya ketempat yang dari dulu ia impikan. Apakah karena pembicaraan mereka semalam? Apa Bilal benar benar serius dengan ucapannya?
"Ayo masuk, sayang!" Bilal menarik pelan tangan Lea.
Lea hanya terdiam sambil menatap Bilal dengan tatapan seakan penuh tanda tanya?
"Ayo," sambung Bilal dengan senyum manisnya.
"Ngapain kesini?"
"Mas mau daftarin istri Mas yang cantik ini buat kuliah disini!"
"Gue kan udah bilang, gue nggak mau kuliah."
"Tapi, Mas mau kamu ngejar mimpi kamu, sayang!"
"Lo ngerti nggak sih ucapan gue kemaren." Kekeh Lea.
Bilal memegang pundak Lea dan menatapnya dengan lembut. "Sayang, dengerin mas ya! kali ini aja kamu ikutin mau nya Mas. Mas mau kamu ngejar mimpi kamu, Mas nggak mau mimpi kamu harus terkubur cuma gara gara pernikahan kita."
"Nggak."
Tanpa basa basi, Bilal langsung menggendong Lea masuk kedalam.
"Iih lepasin. Gue bisa jalan sendiri," Lea terus memberontak sambil memukul-mukul badan Bilal.
Bilal pun langsung melepaskan pelan gendongannya sambil tersenyum. "Yuk!"
Dengan langkah yang berat dan ekspresi kesalnya, akhirnya Lea mau menuruti perintah Bilal. Entahlah, kenapa Lea tidak bisa menolak sedikitpun ucapan Bilal. Lea seakan sudah terhipnotis dengan suara lembut suaminya itu.
Sesampainya di dalam, Bilal mengajak Lea ke ruang dosen untuk mengisi formulir dan mengambil kartu identitas siswa.
30 menit setelah menyelesaikan semua administrasi, Lea resmi diterima di kampus.
"Pasti biayanya mahal, gimana cara gue bayarnya?" Tanya Lea sambil berjalan mengikuti Bilal keluar ruangan.
Bilal menghentikan jalannya dan menatap wajah lugu istrinya. "Masalah biaya kamu nggak usah pikiran, itu udah jadi tanggung jawab Mas sebagai suami kamu. Yang penting kamu harus belajar yang benar sampai jadi sarjana."
"Ternyata banyak juga duit lo." Ucap Lea.
Bilal hanya tersenyum kecil dengan ucapan Lea. "Alhamdulillah, Aamiin!"
"BTW makasih."
Flora dan Angel dari kejauhan berjalan menghampiri Lea dan Bilal. "Lea!"
"Hai!" Sapa Flora.
"Assalamualaikum!" Ucap Bilal menyela ucapan mereka.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Jawab mereka serentak.
"Lo ngapain disini?" Tanya Angel.
"Gue kuliah disini!" Jawab Lea.
"What? Seriously?" Mata Flora melotot dan refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Lea menaikkan alisnya sambil tersenyum sumringah.
"Pantesan semalam suami lo nelpon gue nanya nanya soal kampus." Ucap Angel menatap Bilal.
"Lo dapet nomer Angel dari mana?" Tanya Lea terkejut.
"Nggak usah cemburu, sayang! Mas sengaja minta nomer mereka berdua kemaren. Karena kalau sewaktu waktu misalnya kamu belum pulang, Mas kan bisa telpon mereka nanyain kamu." Jawab Bilal dengan lembut.
"Apasih, siapa juga yang cemburu." Lea memalingkan wajahnya dengan pipi yang mulai memerah.
"Hahaha nggak usah cemburu, Ya! Kita juga tau kok kalau Bilal itu cuma cintanya sama lo." Ledek Flora.
"Apasih, biasa aja," Lea mendorong badan Flora dan Angel.
"Nggak usah gengsi gitu, sama suami sendiri juga!" Ledek Bilal.
Lea mencubit pelan perut Bilal diikuti tatapan mata yang melotot tajam. "Gue nggak cemburu."
"Aaaaw, iya iya! Ampun ampun, Udah udah." Ucap Bilal sambil meringis kesakitan.
Lea langsung menghentikan cubitannya. "Nyebelin banget."
"Tapi ngangenin kan?" Bisik Bilal mendekati Lea.
"Oh, mau dicubit lagi," ucap Lea sambil mendekatkan tangannya.
"Bercanda kok, sayang." Jawab Bilal sambil tersenyum cengengesan.
Flora dan Angel tidak hentinya tersenyum melihat tingkah mereka berdua.
"Oh, iya! Kalian berdua sebelum kuliah ada kegiatan lain nggak?" Tanya Bilal langsung mengalihkan pembicaraan.
"Gue? paling tidur." Jawab Angel.
"Main hp." Lanjut Flora.
"Gimana kalo kalian berdua ngajar di pesantren aja. Kebetulan di pesantren lagi nyari guru honorer buat bantu bantu." Sambung Bilal.
"Ya kali ngajar pesantren." Jawab Angel.
"Lo sehat kan?" Tanya Flora.
"Iya nggak papa sekalian belajar juga." Ucap Bilal.
"Lo nggak lihat pakaian kita kayak gimana?" Tandas Angel.
"Gue nggak sanggup, entar bukannya dapat pahala malah nambah dosa." Sambung Flora.
"Udahlah terima aja, daripada kalian nggak ada kerjaan." Jawab Lea.
"Tapi?" Ucap Flora.
"Kan cuma bantu bantu." Lanjut Lea.
"Iya udah, kita mau." Jawab Angel.
Flora menyenggol pelan bahu Angel. "Lo serius?"
"Nggak papa, sekalian kita belajar." Jawab Angel.
"Ya udah, besok pagi kalian berdua langsung datang aja ke pesantren." Ucap Bilal.
"Eh, tapi kalian berdua harus pakai jilbab. Jangan pakai pakaian kayak brandal gini." Tandas Lea.
"Iya, aman." Jawab Angel.
Lea dan Bilal langsung berpamitan untuk pulang. Mereka berdua bergegas berjalan dan masuk ke dalam mobilnya. Selang beberapa saat kendaraan yang mereka gunakan sudah tidak lagi terlihat.
"Lo serius nerima tawaran Bilal?" Tanya Flora bingung.
"Iya." Jawab Angel.
"Buat apa?"
"Ya kan buat belajar! Siapa tahu kita bisa sama kayak Lea, bisa nikah sama santri!"
"Oh, lo ngincar santri! Ternyata ada niat terselubung juga lo ya."
"Bercanda!"
°°°
Lanjut lagi ke part selanjutnya
Jangan lupa Vote dan comment
Terima kasih 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...