CHAPTER 11

518 25 7
                                    

Bagaimanapun mereka sudah menjadi orang tuaku juga.

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°

Pukul 18:00 WIB

Suara lantunan merdu dari masjid mulai terdengar, panggilan dari rumah Allah menyuruh umatnya untuk melaksanakan sholat telah tiba.

Bilal juga telah bersiap siap untuk pergi sholat maghrib berjamaah di masjid.

Bilal mengambil sajadah yang ada di dalam lemari. "Mas, berangkat dulu ya!"

"Kenapa nggak sholat berjamaah dirumah aja?" Tanya Lea.

"Laki laki itu diwajibkan sholat berjamaah di masjid kecuali kalau ada uzhur misalnya sakit, hujan deras atau lagi safar."

Nabi shalallahu Alaihi wa salam bersabda:
Barangsiapa mendengar Azan namun tidak mendatanginya maka tidak ada sholat baginya, kecuali ada udzur. ( H.R Abu Daud no.551, Ibnu Majah no.793, dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam bulughul mahram 114).

"Berarti perempuan nggak boleh sholat di masjid gitu?"

"Boleh, asal tidak menimbulkan fitnah dan wanita bisa menjaga marwahnya, seperti tidak boleh berhias berlebihan dan memakai wewangian yang dapat menimbulkan hasrat laki laki untuk memandang, tapi wanita lebih dianjurkan untuk sholat dirumah."

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:

Sebaik baiknya masjid bagi para wanita adalah didalam rumah mereka. ( H.R Ahmad 6.297, syekh syu'aib Al Amauth mengatakan bahwa hadits ini hasan dengan berbagai penguatnya)

"Oh," Lea mengangguk nganggukkan kepalanya.

Umi Asma sedikit mendengarkur kan suaranya dan menatap dengan senyum. "Ekhem!"

Mereka berdua tidak melihat bahwa Umi nya sudah dari tadi berdiri didepan pintu.

"Umi? Abi mana?" Tanya Bilal.

"Abi udah nunggu didepan." Jawab Umi Asma.

"Oh, ya udah kalo gitu Bilal pergi dulu." ucap Bilal menyodorkan tangannya didepan istrinya.

Lea langsung menyambut hangat tangan Bilal dan menyodorkan ke bibir mungilnya.

"Umi." Lanjut Bilal mencium tangan Uminya dan bergegas meninggalkan mereka.

"Kita sholat jama'ah bareng ya sayang!" Ujar Umi Asma.

"Boleh Umi! Lea ambil wudhu dulu," Lea langsung beranjak masuk ke kamar mandi.

5 menit kemudian.

Lea berjalan keluar dari kamar mandi dan mengambil mukena di dalam lemari miliknya.

"Udah sayang!" Ujar Umi Asma.

Lea memakai mukena dan bersiap untuk sholat bersama Umi Asma. "Udah!"

"Umi apa Lea yang jadi imam nya?"

"Hehehhe! Umi aja deh!" Ucap Lea tertawa kecil.

Lea dan Umi Asma mengerjakan sholat maghrib dengan khusyuk.

Selesai sholat Lea menundukkan kepalanya dan mencium tangan Umi Asma, Umi Asma juga mengelus pelan kepala Lea.

"Umi! Lea mau nanya sesuatu sama Umi, boleh?" Lea menatap wajah Umi dengan penuh kelembutan.

"Boleh! Apa sayang."

"Alasan Umi sama Abi mau jodohin Bilal sama Lea apa?"

"Kan Umi berteman baik sama Mama Lea, Umi cuma mau silahturahmi nya terus terjaga makanya Umi jodohin kalian berdua."

"Selain itu?"

"Hem?"

"Umi. Lea cuma pengen tau, apalagi kehidupan Bilal sama Lea itu beda banget, jangankan jadi istri yang sholehah bahkan Lea aja belum pakai jilbab."

Umi Asma merebahkan badan Lea di pangkuannya. "Sini, dengerin, Umi."

"Sebelum Umi jodohin kamu sama Bilal. Umi udah tau banyak tentang Lea, Umi tau sebenarnya Lea itu anak yang baik dan Umi yakin Lea pasti bisa jadi istri yang baik buat Bilal." Sambung Umi mengelus pelan pipi Lea.

"Emang Umi nggak malu punya menantu kayak Lea? Jangankan sholehah bahkan Lea aja belum pakai jilbab." Tanya Lea mengkerutkan keningnya sambil menatap Umi Asma.

"Umi malah seneng bisa dapat menantu yang cantik kayak Lea dan Umi yakin perlahan anak Umi ini pasti bisa berubah jadi lebih baik lagi."

"Makasih ya Umi! Lea sayang banget sama Umi," Lea beranjak duduk dan memeluk pelan Umi Asma.

"Umi juga sayang sama Lea." Umi membalas pelukan Lea.

Keesokan harinya.

Abi Khalid dan Umi Asma mendadak harus balik ke pesantren karena ada tamu dari Mesir.

"Umi kok cepet banget pulang nya," Ucap Lea sambil mengantar Umi Asma dan Abi Khalid didepan pintu bersama Bilal.

"Kan nanti Umi bakalan sering main kesini." Sambung Umi dengan senyum manisnya.

"Beneran Umi?" Tanya Lea.

"Iya sayang." Jawab Umi Asma tersenyum manis.

"Lea juga janji, Lea bakal main ke pesantren buat ketemu Umi sama Abi." Sambung Lea.

"Maa syaa Allah! Bagus itu." Ucap Abi Khalid.

Senyum bahagia tidak pernah lepas dari bibir mungil Lea. Bilal mencium tangan Umi Asma dan Abi Khalid satu persatu, diikuti juga oleh Lea.

Abi dan Umi masuk kedalam mobil. Mata Lea tidak hentinya menatap sambil terus melambaikan tangan sampai mobilnya tidak terlihat.

"Maa syaa Allah! Mas seneng banget ngeliat kamu bisa sedekat itu sama Umi, Abi." Ucap Bilal dengan senyum sumringah.

"Biasa aja."

"Tetap aja, Mas seneng lihat nya."

"Kita kan udah nikah, jadi orang tua lo udah jadi orang tua gue juga."

Lea langsung bergegas berjalan dengan cepat. Bibir Bilal tidak hentinya tersenyum, matanya tetap terfokus  memandangi istrinya yang sedang berjalan menaiki tangga.






°°°

Dibalik beribu ribu do'a yang telah saya panjatkan untuk kita. Saya cuma berharap, kamu tidak pernah membeci saya karena telah menghancurkan seribu impian kamu.

-Bilal Abidzar Ar Rasyid

°°°

Lanjut part selanjutnya

Jangan lupa Vote dan comment

Terima kasih 🤍

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang