CHAPTER 43

252 13 7
                                    


Apakah setelah semua ini. Kamu masih akan tetap mencintaiku?

-Bilal Abidzar Ar Rasyid

°°°

Gaaar

Loncatan kecil dari tubuh mungil Lea nyaris tak terkendali karena terkejut. Ia bergegas turun kebawah dan mulai mengintip dari balik jendela. Kedua bola matanya terus saja berputar kesana kemari mencari objek yang belum ia temukan. Ia juga tidak henti hentinya mengotak ngatik layar handphone nya karena berusaha menghubungi Bilal. "Mas, kamu dimana?"

Di sisi lain:

Dari sudut kamar, wajahnya semakin menunduk dan kedua tangannya ikut merangkul hingga kedua kakinya saling bertemu nyaris tanpa celah. Tangis Hanna juga semakin pecah bersamaan dengan derasnya air hujan.

Bilal membuka pelan kedua bola matanya. Badannya terasa sangat lemas seakan tulang tulang sendinya habis dihantam benda keras. Pandangannya langsung terfokus ke pojok kanan kamar. "Hanna? Kamu?"

Bilal mengintip sedikit dari celah selimut yang menutup setengah tubuhnya. Hatinya menjerit, pikirannya langsung melayang karena melihat tubuhnya yang sudah setengah telanjang. Ia bergegas duduk sambil menatap tajam wajah Hanna. "Kita?"

Tangis Hanna semakin kencang, nafasnya semakin tersendat sendat karena sudah sangat kesulitan mengatur nafas.

Bilal mengambil kembali pakaiannya di sampingnya dan bergegas memakainya. Ia beranjak berdiri lalu mendekati Hanna sambil menatap. "Jawab, Han? Jangan diam aja?"

Hanna langsung menghentikan tangisnya sambil menatap Bilal. "Kamu udah ngancurin hidup aku, Bilal.  Kamu udah ambil paksa mahkota yang selama ini susah payah aku jaga."

Air mata Bilal langsung menetes cepat di kedua pipinya, tulang tulang nya juga seakan remuk tak berdaya. Perlahan, ia berjalan mundur kebelakang menjauhi Hanna. "Nggak. Nggak mungkin. Aku nggak mungkin ngelakuin itu sama kamu? Kamu pasti bohong kan?"

"Masa depan aku udah hancur dan itu semua gara gara kamu."

Tarikan nafas Bilal semakin pendek. Sambil mengacak ngacak rambut lurus nya, bola matanya semakin memerah karena menahan amarah. Kakinya juga ikut bermain terhadap kursi yang ada disampingnya. "Arrrggghhhh."

Dengan langkah yang masih tertatih, Bilal bergegas meninggalkan Hanna tanpa berbicara sepatah katapun. Kedua tangannya sangat gemetar sambil  menyetir mobil dengan kecepatan tinggi.

Setelah di pertengahan jalan. Bilal dengan cepat menginjak rem mobilnya sampai dadanya ikut melaju kedepan. Kedua tangannya terus memukul mukul setir mobilnya. "Arrrggghhhh."

Bilal terdiam sejenak dan kedua bola matanya menatap lurus kedepan. Pandangannya langsung terfokus ke salah satu masjid yang ada di depannya. Pikirannya seakan tenang dan nafasnya kembali bergerak sesuai aturan.

Perlahan, kedua kakinya mulai bergerak melangkah ke objek yang sudah ia temui. Sambil mengusap usap tubuhnya seolah jijik, ia terus membiarkan tubuhnya basah di guyur air kran di kamar mandi masjid.

Setelah mengganti pakaiannya. Bilal mulai melangkahkan kakinya secara perlahan untuk masuk ke dalam masjid. Walaupun ter isak isak, ia masih tetap berusaha mengerjakan Qiamul lail (sholat malam) dengan khusyuk.

Apalagi waktu masih menunjukkan pukul 03:00 wib. Waktu paling mustajab untuk berdo'a karena Allah Subhana hu wata'ala akan turun ke bumi di sepertiga malam terakhir. Allah akan mengampuni setiap hambanya yang memohon ampunan dan mengabulkan do'a setiap hambanya.

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang