Jika akhirnya akan ada perpisahan. Lantas, mengapa Allah menghadirkan sebuah pertemuan?
-Azzalea Syafa Lorenza
°°°
Sudut mulut Lea kembali menurun sambil memandang kosong ke sudut ruangan seolah mencari jawaban dari debu debu yang berterbangan. Air matanya juga terus menetes tanpa henti di kedua pipinya.
Deren yang dari tadi hanya mengintip dari celah pintu yang berlubang justru merasa kasihan melihat Lea. Ia langsung membuka pelan pintu ruangan untuk membangunkan lamunan Lea. "Assalamualaikum!"
Lea tidak mengeluarkan sepatah katapun karena mulutnya masih enggan untuk berbicara. Ia justru tetap terfokus memandangi sudut ruangan.
Deren mulai berjalan mendekati Lea. Tapi, kedua bola matanya langsung teralihkan dan menatap makanan yang ada di atas meja. "Kenapa belum di makan?"
"Ngapain gue makan. Gue juga nggak berharap buat hidup."
"Astaghfirullah hal azim. Istighfar, Lea. Kamu nggak boleh ngomong gitu."
Lea langsung menatap wajah Deren sambil mengangkat bibir kanan atasnya dan tersenyum tipis. "Kenapa? Semua orang juga pasti berharapnya gue mati kan?"
"Terus kalau mereka semua berharap kayak gitu. Kamu bakal nurutin kemauan mereka?"
"Iya."
Deren langsung tersenyum miring sambil menatap wajah Lea. "Aku pikir kamu perempuan yang kuat dan nggak gampang di stir sama siapapun."
"Gue cuma pengen semua ini berakhir. Gue udah capek."
"Terus kamu pikir. Dengan kamu mengambil jalan pintas kayak gini. Semuanya akan berakhir?"
"Nggak, Lea. Kamu harus ingat masih ada kehidupan setelah kematian. Emangnya kamu nggak takut dengan siksaan Allah di akhirat nanti? Udah merasa paling hebat sampai berani mendahului ketetapannya?" Lanjut Deren.
"LO BISA NGOMONG KAYAK GINI KARENA LO NGGAK PERNAH NGERASAIN GIMANA SAKITNYA JADI GUE."
"GUE HIDUP TAPI SERASA NGGAK HIDUP. DUNIA INI TERLALU KEJAM BUAT GUE BAHKAN UNTUK SEKEDAR BERNAFAS PUN GUE TAKUT."
"Bukan dunia yang kejam, Lea. Tapi, ekspetasi kamu tentang dunia ini yang terlalu tinggi."
Lea menatap wajah Deren sambil mengernyitkan keningnya seolah bingung.
Allah subhanahu wa taála berfirman:
إعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu" (QS. al-Hadîd: 20).
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Novela Juvenil"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...