Sebagai seorang suami, bisa membuat kamu tersenyum bahagia adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Sesampainya dirumah.
Senyum lepas tidak pernah berhenti dari bibir mungil Lea, langkah kakinya menari nari mengiringi setiap sudut ruangan, tatapan matanya terus saja berpindah dari objek satu ke objek lainnya.
Karena terlalu bahagia, Lea langsung membalikkan badannya menghadap Bilal, dengan sadar diikuti loncatan kecil dari badannya, tangan Lea refleks merangkul bahu Bilal dan memeluknya dengan sangat erat. "Makasih banyak! Lo udah bikin gue bahagia banget hari ini."
Mata Bilal membulat sempurna karena terkejut. Badannya masih mematung seakan belum percaya. Hingga beberapa saat diikuti dengan gerakan lambat, kedua tangannya juga langsung merangkul balik punggung Lea. "I-ya!"
"Maaf. Kemaren, gue sempat marah marah nggak jelas sama lo," Lea menggigit bibir bawah sambil menaikkan sedikit alisnya.
"Iya sayang! Mas ngerti kok."
Lea melepas pelan pelukannya sambil memanyunkan bibir mungilnya. "Gue pikir, lo kemaren cuma main main sama gue."
"Udah, nggak usah manyun gitu bibir nya."
"Oh iya! Sebagai ucapan terima kasih gue ke lo, gue bakalan lakuin apapun yang lo mau."
"Apapun?"
"Iya, apapun!"
"Benar?"
"Iya!"
Bilal menaikkan sedikit alisnya sambil mendekati Lea. "Kalau? Heeem? Gimana?"
Mata Lea membulat sempurna, bibirnya langsung gemetar hebat dan jantungnya seketika berdetak kencang tidak karuan. Lea langsung memalingkan tatapan matanya dari laki laki nakal itu. "Apasih, jangan mesum."
"Hahhah! Bercanda sayang!"
"Ngeselin."
"Emangnya kamu pikir, Mas mau minta apa?"
"Nggak tahu."
"Hayo! Pasti mikir yang aneh aneh kan?"
"Nggak lah."
"Emang udah siap?"
"Nggak."
"Kan pahala, sayang!"
"Bodo amat."
Badan Lea gemetar hebat detakan jantungnya semakin hilang kendali, sebenarnya bibir mungilnya ingin sekali tersenyum. Tapi, sayangnya gengsinya jauh lebih tinggi dari perasaannya sendiri.
"Gue mau masuk kamar," Lea langsung bergegas berlari meninggalkan Bilal.
Sambil berlari, tidak sengaja kaki Lea tersandung hingga keningnya ikut terbentur mengenai sudut tangga. Lea berusaha menyeimbangkan badan untuk berdiri sambil meringis kesakitan. "Aaaw."
"Hati hati."
"Telat."
Bilal menghampiri Lea dengan cemas. Bilal takut Lea kenapa napa, terlebih benturan dari kening Lea nyaris terdengar kencang. "Nggak papa kan, sayang?"
"Nggak papa."
Lea memegangi keningnya yang masih nyeri dan batinnya tidak hentinya ngedumel seolah malu. "Ngapain pake kesandung segala, malu maluin banget."
Bilal mendekati Lea sambil menatap matanya dengan cukup lama. "Salting ya?"
"Siapa juga yang salting." Kekeh Lea.
Bilal kembali mendekati Lea sambil berbisik. "Kalau suka bilang aja, Sayang! Nggak usah gengsi."
"Nggak usah kepedean," Lea kembali menaiki tangga dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Bilal tidak henti hentinya tersenyum, sesekali ia menutup matanya karena malu. Bilal sangat senang menggoda istrinya yang masih gengsi.
Didalam kamar, Lea meloncat loncatkan badan mungilnya di atas kasur dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Sekali kali ia berteriak meluapkan kebahagiaan yang tidak bisa lagi ia tahan. "Arrrggghhhh!"
Dari luar, Bilal mendengar loncatan dan juga teriakkan istrinya justru merasa aneh. Hingga Bilal semakin dibuat penasaran dengan tingkah laku istrinya di dalam. Bilal justru takut Lea kenapa napa karena ini pertama kalinya Lea bertingkah aneh. "Sayang, kenapa?"
Tuk
Tuk
Berkali kali Bilal mendekatkan telinganya di balik pintu untuk memastikan apa yang terjadi dengan Lea.
"Nggak papa, santai." Teriak Lea.
"Terus, kenapa teriak?"
"Hah? Nggak papa. Tadi cuma kaget, ada tikus lewat, heheh!"
"Tikus?"
"Iya, tikus."
"Hah, masa iya tikus?" Batin Bilal seakan tidak percaya.
"Terus gimana?" Tanya Bilal kembali memastikan.
"Udah pergi, aman!"
"Oh, ya udah. Selamat tidur, sayang!"
"Iya!"
Bilal langsung beranjak pergi dan bergegas masuk ke dalam kamarnya. Bilal juga menggelengkan kepalanya sambil tersenyum karena lucu melihat tingkah istrinya.
"Kok gue jadi salah tingkah gini ya," Lea menggigit bantal sambil memeluknya dengan sangat erat.
Pipinya semakin memerah, bayang bayang wajah suaminya terus saja menghantui pikirannya. Senyum dari bibir Lea semakin terbuka lebar seakan kesulitan untuk kembali menutup.
Lea terlihat seperti seorang perempuan yang baru pertama kalinya merasakan jatuh cinta. Ternyata, selama ini Lea telah salah menilai suaminya. Memutuskan menikah dengan Bilal tidaklah seburuk yang ia pikirkan.
"Ternyata, penilaian gue selama ini tentang lo itu semua salah." Ucap Lea.
Disisi lain
Bilal yang berada dikamarnya juga ikut tersenyum. Bilal mengingat kembali pelukan hangat yang diberikan istrinya untuknya. Sampai sampai ia tidak bisa berkonsentrasi membaca buku ditangannya.
"Maa syaa Allah, Lea, Lea. Gengsi banget jadi perempuan. Padahal sama suami sendiri. Aneh banget." Ucap Bilal.
°°°
Lanjut lagi ke part selanjutnya ya!
Jangan lupa vote dan comment
Terima kasih 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Teen Fiction"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...