Aku yakin akan ada kebahagiaan di kehidupan selanjutnya. Karena Allah tidak mungkin membiarkan air mata ini jatuh sia sia.
-Azzalea Syafa Lorenza°°°
2 hari kemudian
Langkah kaki Bilal menjadi berat karena melihat berbagai pasang mata nyaris tertuju pada dirinya. Ia dengan cepat meneguk air ludahnya karena menahan gugup. "Assalamualaikum."
"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Jawab mereka semua serentak.
Abi Khalid dan juga Umi Asma langsung memberi kode ke para pengajar pesantren yang sedang duduk agar mereka segera meninggalkan ruangan.
Setelah itu, tanpa basa basi. Abi Khalid langsung memberikan surat pemecatan dan meminta Bilal untuk segera meninggalkan pesantren. Sebenarnya keputusan ini sangat berat. Tapi, ini sudah menjadi konsekuensi nya Bilal karena ia sudah melanggar aturan aturan yang ada di pesantren.
"Bawa semua barang barang kamu keluar karena mulai hari ini kamu bukan bagian dari pesantren Ar Rasyid lagi." Tegas Abi Khalid sambil memalingkan wajahnya dari Bilal.
Sambil menarik nafas panjangnya, air mata Bilal langsung melaju dengan cepat di kedua pipinya. "Bi?"
"Mulai sekarang. Abi lepas tangan sama kamu. Abi nggak akan ngelarang kamu lagi. Kamu bebas melakukan hal apapun yang kamu mau tanpa bayang bayang pesantren ini lagi." Tegas Abi Khalid.
Air mata Umi Asma juga melaju dengan cepat di kedua pipinya. Ia juga ikut memalingkan wajahnya dari Bilal karena tidak sanggup melihatnya.
Tangis Bilal semakin pecah sambil menatap wajah orang tuanya satu persatu. "Ma-maafin Bilal. Bilal udah bikin Umi sama Abi malu."
Tuk
Tuk
Fokus mereka langsung teralihkan mendengar suara ketukan pintu. Kedua bola mata mereka membulat sempurna seolah tidak percaya dengan objek yang dilihat.
Bibir Bilal langsung tersenyum getir sambil mengulang ngulang kata sebelum tersendat. "Le-lea?"
"Assalamualaikum." Ucap Lea.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah!" Jawab mereka semua serentak.
Detakan jantung Lea semakin kencang seakan hilang kendali. Ia dengan cepat menatap Mama Lenka dan juga Papa Afzhal yang berdiri disampingnya.
Papa Afzhal langsung memegang erat tangan Lea. Ia juga menganggukkan kepalanya dengan pelan sambil tersenyum tipis karena berusaha menguatkan.
Sambil menarik nafas panjangnya, Lea bergegas masuk ke dalam serta menyambut satu persatu tangan Umi Asma dan Abi Khalid untuk menciumnya.
Umi Asma dengan cepat memeluk tubuh mungil Lea sambil tersenyum. "Ya Allah, nak! Umi kangen sama kamu."
Umi Asma bergegas melepas pelukannya sambil menatap wajah Lea. "Kamu nggak papa kan, nak? Nggak ada yang sakit lagi kan?"
"Alhamdulillah, Umi! Lea udah sehat. Makanya tadi pagi dokter udah bolehin Lea pulang." Jawab Lea sambil tersenyum manis.
"Le-lea." Lirih Bilal dengan senyum yang semakin getir. Ia merasa sedang bermimpi karena tidak menyangka kalau Lea akan datang lagi menemui nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Roman pour Adolescents"Ini kisah tentang seorang anak perempuan yang di paksa menikah di usia yang masih sangat muda." Kita tidak pernah tau kehidupan kedepannya seperti apa. Bahkan satu detik kedepannya pun kita tidak akan pernah bisa menebak. Tugas kita sebagai seorang...