Saya tahu, usaha untuk membuatmu jatuh cinta tidaklah mudah. Tapi, setidaknya saya akan terus berusaha memperlakukan kamu sebagaimana sebaik baiknya perhiasan dunia.
-Bilal Abidzar Ar Rasyid
°°°
Hawa dingin yang mulai meresap sampai ke tulang tulang. Terlihat Lea yang sedang duduk termenung sambil dipandangi indahnya langit malam.
"Ekhem." Bilal langsung duduk di samping Lea.
Lea sedikit menoleh dan kembali menundukkan kepalanya menatap lantai. Kedua tangannya juga ikut memeluk erat kedua kakinya seakan ada yang sedang ia pikirkan.
"Mas perhatiin dari kemaren kamu murung terus, kenapa? ada masalah?"
"Nggak papa."
"Sayang, jangan bohong."
Lea sama sekali tidak merespon ucapan Bilal. Sesekali hanya ada suara tarikan nafas yang ia keluarkan.
"Nggak baik mendam masalah sendirian. Cerita sama Mas. Kenapa?"
Selang beberapa saat, akhirnya Lea memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Bilal. "Kemaren Flora sama Angel cerita, kalo mereka udah diterima dikampus."
Bilal hanya terdiam mendengarkan ucapan Lea seolah mengamati unek unek yang selama ini ia pendam.
"Dulu kita bertiga pernah janji mau masuk kampus bareng. Tapi, sayangnya gue nggak bisa," Lea menyeka air matanya yang hampir tumpah.
"Kamu mau kuliah?"
"Banget."
"Daftar aja kalau kamu mau. In syaa Allah, Mas pasti izinin."
"Percuma."
"Kenapa?"
"Kan udah nikah."
Bilal terlihat sedikit tersenyum mendengar ucapan istrinya. "Emangnya kalo udah nikah nggak bisa kuliah?"
"Mau setinggi apapun pendidikan gue, tetep aja masa depan gue itu udah hancur."
"Masa depan kamu belum hancur, sayang."
"Lo enak bisa ngomong kayak gitu. Gue ini perempuan kalo udah nikah selesai. Nggak ada masa depan lagi."
"Tapi kan, Mas nggak ngelarang."
Dengan perasaan emosional, Lea langsung beranjak berdiri dan membentak Bilal. "Percuma gue bicara panjang lebar sama lo, nggak ada gunanya."
Lea langsung bergegas masuk kedalam meninggalkan Bilal sendirian.
Bilal hanya menatap sebentar, setelah itu ia langsung mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi Flora untuk menanyakan kampus yang mereka ambil.
Bilal juga langsung bergegas masuk kedalam kamarnya untuk membuka laptop miliknya. Ia mencoba mencari kampus tersebut dan menghubungi pihak kampus.
"Mas janji. Mas akan bikin kamu bahagia," Bilal menutup laptopnya.
Pagi hari pukul 07:00 WIB.
Bilal mengetuk pintu kamar Lea.
Tuk
Tuk
Sebelum mendapatkan respon apapun, Bilal terus saja memainkan tangan di pintu kamar istrinya.
Lea langsung membuka pintu kamarnya. "Kenapa?"
"Hari ini ikut Mas ya!"
"Ke pesantren?"
"Bukan."
"Terus?"
"Udah siap siap aja yang rapi."
"Kemana sih?"
"Nanti, Mas kasih tahu."
"Nggak mau."
Lea mengkerutkan Bibir mungilnya di hadapan Bilal. Ia seolah olah terdiam layaknya patung diikuti kedua tangan yang terlilit di atas perutnya.
Bilal menatap wajah Lea sambil berbicara dengan lembut. "Sayang! Ayolah."
"Iya udah iya. Bentar." Ucap Lea kembali masuk kedalam kamarnya.
Bilal melihat ke arah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 7:30 WIB. Dari tadi, ia terus saja berjalan kesana kemari di depan pintu kamar istrinya. Kedua bola matanya juga berkali-kali menatap ke arah pintu.
"Sayang! Udah belum?"
"Bentar." Sahut Lea dari dalam.
Setelah beberapa saat. Lea keluar dari dalam kamarnya menghampiri Bilal. Ia melihat tatapan Bilal seakan tidak suka dengannya. Bola mata Bilal tidak hentinya menatap dirinya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
"Kenapa?" Tanya Lea.
Bilal nampak sedikit terkejut dengan pakaian Lea. Lea memakai baju ketat yang menampakkan ketiaknya. Serta Rok pendek diatas lutut lengkap dengan sepatu kets berwarna putih.
"Pakaiannya boleh diganti nggak?" Ucap Bilal
"Kenapa? Nggak ada yang salah kok! Ini kan pakaian modis."
"Sayang! Mas itu mau ngajak kamu ke tempat yang penting. Nggak enak dilihat nya kalo pakaian kamu kayak gini."
"Kalau gitu gue nggak jadi pergi." Ucap Lea sambil memanyunkan bibirnya membelakangi wajah Bilal.
"Kalo rok nya aja yang diganti, boleh nggak? Kayak anak SD soalnya." Sambung Bilal sambil membisikkan mulutnya ke telinga istrinya.
"Emang iya?"
Bilal sedikit menganggukkan kepalanya.
"Iya juga iya, kayak anak SD." Ucap Lea sambil melihat roknya.
"Oke! Gue mau ganti rok dulu." Lea langsung bergegas masuk kembali ke dalam kamarnya.
10 menit kemudian.
"Gimana?" Tanya Lea menatap wajah Bilal.
Tidak ada yang berubah. Hanya saja rok mini yang ia kenakan tadi berganti dengan celana jeans ketat.
"Salah lagi?" Lanjut Lea.
"Bentar," Bilal bergegas berjalan masuk ke kamarnya.
Lea hanya memanyunkan bibirnya sambil menggerutu kesel. "Salah lagi, salah lagi. Gue tonjok, baru tau rasa."
Bilal akhirnya keluar dari kamarnya dan menyodorkan jaket yang ia pegang. "Pakai ini, sayang!"
"Ini?" Sinis Lea sambil memandangi jaketnya.
"Iya!"
"Ogah."
"Ayolah! Please."
"Maksa banget," Lea menarik kencang jaket ditangan Bilal dan langsung memakainya.
Terlihat Bilal sedikit tersenyum tipis. Ia tampak senang melihat wajah istrinya ketika kesal.
"Puas." Bentak Lea.
"Cantik kok!" Ucap Bilal tersenyum sumringah sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Lea langsung berjalan dengan cepat, is terus saja menghentakkan kakinya dengan kencang sambil menggerutu kesal. Bilal hanya tersenyum mengikuti langkah istrinya dari belakang.
°°°
Lanjut lagi ke part selanjutnya
Jangan lupa Vote dan comment
Terima kasih 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentara Untuk Zaujaty [On Going]
Fiksi Remaja"WHAT? DI JODOHIN? NGGAK. GUE NGGAK MAU." Bagaimana jika kamu di jodohin orang tua tanpa persetujuan kamu? Apalagi di jodohin sama laki laki yang belum pernah kamu kenal sama sekali? Apa yang akan kamu lakukan? Yaps itulah yang dirasakan oleh Azzale...