Gladys memeluk Anka dengan erat yang masih tertidur karena kelelahan setelah mengemas pakaian yang harus dibawanya ke Medan. Ia mengusapkan pipinya di dada Anka yang sedikit terbuka.
Berat rasanya akan berpisah dengan Anka selama beberapa hari lagi setelah kejadian Batam kemarin. Pasti berbeda lagi rasanya, karena biasanya sesibuk-sibuknya mereka berdua, paling hanya perbedaan jam pulang ke rumah saja yang membuat mereka jarang bertemu, bukan berpisah raganya satu sama lain dalam jangka waktu yang lama.
Anka yang jadi terbangun dari tidurnya karena Gladys mengusap punggungnya langsung mengecup kepala gadisnya dengan rasa sayang yang dalam.
"Jam berapa?" Tanya Anka dengan suara yang berat, khas bangun tidur.
"Jam setengah delapan." Jawab Gladys, mengeratkan pelukannya, bahkan kakinya turut mengunci tubuh Anka. "Jangan bangun dulu."
"Pesawatnya jam 12 siang, Sayang." Anka menggumam di kening kekasihnya. "Ayo, bangun. Mandi. Kita cari sarapan sekalian jalan-jalan dulu sebelum nanti langsung ke bandara."
Gladys semakin menenggelamkan kepalanya. "Nggak usah pergi."
Anka terkekeh pelan. "Cuma sebentar, kok."
Gladys menggeleng di dada Anka. Entah kenapa wanita ini bisa membuatnya se-clingy ini padahal sedari dulu ia selalu biasa-biasa saja kepada orang-orang yang sekarang menjadi mantan kekasihnya.
"Mereka sampai di Medan jam berapa?" Tanya Gladys, mengindikasikan beberapa orang dari Forthright Batam yang turut hadir di Medan.
"Mereka udah duluan disana malah. Aku yang terakhir sampai." Ucap Anka sebelum kembali mengecup kening Gladys dan beranjak bangun. "Ayo, mandi bareng."
Gladys menatapnya dengan konyol. "Telat nanti perginya. Nggak selesai-selesai."
"Mandi bareng, Sayang. Bukan modus bareng." Ralat Anka, ia terkikik setelahnya.
"Nggak ada yang nggak modus kalau sama kamu, tuh." Gladys bangkit, lagi-lagi memeluk Anka. "Peluk dulu."
"Iya, iya." Anka memeluk Gladys dengan erat, yang sebenarnya membuatnya heran karena Gladys bisa se-clingy ini dengannya.
Tapi, itulah yang membuatnya suka. Ia suka jika orang yang dicintainya clingy kepadanya karena dia merasa tidak hanya diinginkan, tapi juga dibutuhkan di semua aspek apapun dalam hidup.
"Mau dibawain oleh-oleh apa?" Tanya Anka setelahnya.
Gladys mendongak, membelai pipi Anka, menatap mata Anka yang meneduhkannya, lalu tersenyum. "Kamu pulang dengan selamat aja itu udah oleh-oleh buat aku, Ka. I don't need anything else, because all I need is you."
Anka mencubit hidung Gladys dengan gemas. "Diajarin siapa kamu bisa lucu kayak gini, hmm?"
"Kamu." Gladys menjulurkan lidahnya setelahnya.
Namun, dengan gerakan cepat Anka menyesap lidahnya itu. Pukulan di dada Anka membuatnya tertawa pelan, menyadari kekagetan Gladys akibat ulahnya.
"Anka, ah! Aku belum gosok gigi." Protes Gladys, ia lalu menutup mulutnya.
Anka langsung mengecup ujung hidung Gladys. "Sabodo teuing!"
Dan pagi mereka diawali dengan memesan kopi susu beserta beberapa pastry yang mereka singgahi sebelum melanjutkan perjalanan ke Pantai Marina sebelum mengantarkan Anka ke bandara.
"Dijemput sama siapa nanti?" Tanya Gladys, memotong rotinya dan membaginya dengan Anka karena tahu kekasihnya itu suka sekali dengan semua makanan dengan rasa coklat sedangkan ia mengalah dan memakan bagian yang banyak kejunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomansaTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...