"Sayang!" Teriak Gladys yang suaranya memenuhi rumahnya. "Hoodie NYC-ku dimana?!"
Yang diteriaki hanya diam, mulutnya sibuk menyesap lolipop sementara matanya terpaku pada layar laptop. Ia mendengar teriakan itu, ia tahu dimana benda yang dicari, namun ia cuek saja.
"Kok kamar berantakan, sih?!" Protes Gladys, tangannya mencari hoodie yang ia maksud di tumpukan baju-baju yang berserak di atas tempat tidur. "Anka!"
Yang dipanggil masih diam, masih tidak mau beranjak, masih tidak mau merespon. Sudah yang kesekian kali Gladys teriak-teriak seperti ini, sejak kemarin. Entah makhluk apa yang sedang merasuki tubuh kekasihnya itu.
"Ivankarin Andrawijaya Hadinegara!" Panggil Gladys sekali lagi, untuk yang terakhir kali sebelum ia mencak-mencak tidak karuan kalau Anka tidak menjawab panggilannya.
Secepat kilat Anka sudah berdiri di ambang pintu kamar mereka, memainkan lolipopnya dan menatap gadisnya yang masih memakai bra saja.
Begitu Gladys memutar tubuhnya menghadap Anka, matanya melotot. "Kok kamu pakai hoodie aku? Kan aku mau pakai."
Anka mengambil lolipopnya, menawari Gladys yang langsung menyambutnya, menjadikan lolipop itu sebagai hak miliknya.
"Kamu pakai hoodie aku aja." Sahut Anka enteng.
"Belum disetrika. Lagian kamu juga udah aku suruh rapikan baju biar nanti titip di laundry depan gang nggak dilakuin juga." Omel Gladys, ia kemudian mengambil sweater warna krem-nya dan memakaikannya buru-buru. "Aku berangkat sendiri, ya?"
Anka mengangguk, Gladys lalu mencium pipinya sebelum keluar dari rumah dan menuju tempat kerjanya yang berjarak lima belas menit dari rumahnya.
Anka tidak ke studio fotonya hari itu karena sibuk meng-edit di rumahnya saja. Yap, Natali dan Hendi sedang berkeliaran di Semarang. Gladys menyuruhnya menghindari tempat dimana kemungkinan ia bisa bertemu mantan kekasihnya sebelum waktunya.
Entah, Gladys masih senewen. Padahal mereka tidak jadi pulang barengan kemarin. Berbeda satu hari saja, tapi kekonyolan Gladys belum membias.
"Jangan lupa lipat bajunya, nanti telpon mbaknya buat jemput pakaiannya biar malam pulang kerja langsung bisa aku ambil. Kalau mau kemana-mana kabari." Kata Gladys sebelum masuk mobil. "Tapi mending nggak usah kemana-mana."
Anka mengangguk saja. Ia melambaikan tangannya saat Gladys mengklakson sebelum meninggalkan pekarangan rumah.
"Kok nggak diantar wanita ganteng?"
Baru saja ia menutup pintu mobilnya, suara Putri sudah mengganggu gendang telinganya. Sudah dia dibuat gemas oleh kelakuan kekasihnya di rumah, eh, rekan kerjanya sibuk menanyakan kehadiran Anka pula.
"Sibuk." Sahut Gladys cuek. "Lagian kenapa, sih?"
Putri turun dari motornya, berjalan beriringan dengan Gladys menuju kedai lewat pintu belakang yang masih melipat wajahnya sedari tadi.
"Dia belok, 'kan?" Pertanyaan dadakan Putri membuat langkah Gladys terhenti. "Ayolah, Dys. Kelihatan, kok."
Gladys masih tidak mau menjawab, sesampainya di loker ia segera mengambil kaos kerja dan apronnya, hendak ganti baju, tapi tangan Putri menahannya.
"Kamu kenapa kesannya posesif banget sama dia, Dys?"
Lagi-lagi pertanyaan itu membuat Gladys tidak menjadi kalem dan lembut seperti biasanya. Jika sudah menyangkut Anka, Gladys bisa melebihi segalanya. Do not fucking touch my fucking girl! Batinnya ingin berteriak.
"Kalau dia semisal belok, emangnya kenapa? Mau kamu apain?" Tanya Gladys, menutup lokernya dan bersandar bersedekap melihat Putri dengan tatapan jenuhnya, menyembunyikan raut kecemburuan yang ia yakin sebenarnya sudah nampak di wajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/366984016-288-k991092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomanceTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...