Episode 43: 26 Juli

743 53 27
                                    

Gladys sibuk di depan kompor membuatkan sarapan untuk mereka berdua, lagu-lagu kesukaannya menemani paginya. Kadang, ia turut berjoget mengikuti irama musik yang didengarnya.

"Kaaaa." Panggilnya sedikit teriak. "Sumpah, ya. Kebo banget kamu, tuh!" Gladys ngedumel sendiri di dapur.

Yang dipanggil masih tidur, masih berlindung dibalik selimut kesayangan kekasihnya, masih bercumbu dengan dunia mimpinya. Dan masih tidak berpakaian apa-apa.

"Ivankarin Hadinegara!" Ulang Gladys, masih tidak ada respon. "Kamu mau telur dadar apa telur mata sapi?"

Bahkan rasanya seperti tidak ada kehidupan lain di dalam rumah itu selain Gladys. Kemudian gadis itu meletakkan dua piring nasi goreng beserta selera telur masing-masing saat ia sedikit terkejut mendapati kekasihnya sudah berdiri di depan kulkas dan sedang meminum air putih, hanya dengan memakai sports bra dan boxer-nya.

"Apa?" Tanya Anka bingung, dengan suara yang sangat pelan, karena Gladys melihatnya dengan senyum-senyum.

Ya jelas. Lihatlah tubuh Anka. Penuh dengan ruam kemerahan dimana-mana. Di punggungnya nampak cakaran-carakan tangan manusia. Di lehernya berpadu antara kissmark dan bekas telapak tangan yang masih segar.

Gladys menggeleng, terkekeh pelan. "Harusnya diucapin 'good morning' nggak, sih?"

Anka memutar bola matanya malas. Badannya sakit semua. Pegal tiada bandingannya. Dan hari ini ia malas melakukan apa-apa termasuk drama dengan kekasihnya yang suka kali membuatnya mengelus dada sampai rata.

Gladys langsung menghampiri Anka, melingkarkan kedua lengannya di pundak kekasihnya, sesekali membelai rambut setengah botaknya dan tersenyum memandangi wajah yang tidak pernah membuatnya bosan itu.

"Selamat pagi, pacar aku." Sapa Gladys pertama, senyum-senyum tidak jelas.

"Hmm." Anka langsung memeluk Gladys, meletakkan kepalanya di pundak kekasihnya.

Gladys mengusap punggung Anka dengan lembut namun Anka dengan refleks bergerak. "Sakit ya, Sayang?"

Anka mengangguk manja. "Aku nggak mau ke studio hari ini."

"Iya, iya." Lalu Gladys mengecup kepala Anka. "Sarapan dulu, yuk? Aku suapin mau?"

Lagi-lagi Anka mengangguk. Fisiknya terkuras banyak hari ini padahal masih pagi, ingatannya kembali ke tadi malam setelah mereka sampai di rumah.

Gladys beringas kepadanya.

"Hei, kenapa?" Gladys mencubit pipi Anka.

Kekasihnya itu hanya menggeleng manja sembari cemberut sok imut. "Nggak apa-apa."

Gladys lalu mengusap pipi Anka, sedikit tidak tega rasanya 'menyiksa' kekasihnya sedemikian rupa seperti tadi malam, namun ia lega karena semua emosi tertahannya terlampiaskan tadi malam. Dan Anka menjadi korbannya.

"Maaf, ya?" Ucap Gladys tulus, Anka mengangguk mendengarnya. "I was so wild last night."

Anka sedikit terkekeh mendengarnya. "It's okay, Baby. As long as it makes you happy, then do it. I will gladly accept it."

"Walau tubuh kamu jadi ladangnya?" Tanya Gladys sangsi.

Anka mengangguk. "Udah, ah. Skip. Suapin aku."

Gladys perlahan tersenyum melihat kemanjaan Anka dan bagaimana wanita itu bersikap seperti bocah kepadanya, tidak jaim-jaim lagi seperti dulu.

Mereka kemudian sarapan bersama dengan sesekali Gladys menyuapi Anka. Obrolan mereka berpusat pada keseharian mereka di tempat kerja masing-masing, bertukar pikiran dan sesekali saling memberi masukan kepada satu sama lain.

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang