Episode 35: 11 Juli (Part 4)

542 52 10
                                    

"Lepas." Perintah Gladys yang membuat kedua alis Anka terangkat naik karena sedikit terkejut.

Sejak kapan Gladys memerintahnya dengan suara yang bisa membuatnya cepat terangsang seperti ini? Gadisnya.. memakai apa? Anka bertanya-tanya namun ia urungkan saat ia duduk, memangku Gladys dan melepaskan sports bra-nya.

Bibir mereka kembali bertemu, pergulatan lidah kembali saling menjamu, dan kedua tangan Gladys melingkar di leher kekasihnya serta mengusap rambut kekasihnya yang setengah botak dan lagi-lagi membuat wanitanya itu mendesah.

Tangan Anka bergerak meraih pengait bra Gladys dibalik baju tidur kekasihnya, melepaskannya beserta atasan piyama itu dan meletakkannya ke sembarang arah.

Nafas mereka saling menderu, ingin segera merindu. Dengan perlahan Gladys membaringkan Anka dengan bibir mereka yang masih menyatu. Tangan kirinya menahan dua tangan Anka di atas kepala wanita itu sementara tangan kanannya berkelana perlahan.

Pertama, saat jemarinya menggelitik dagu kekasihnya, dengan sengaja ia mengusap titik rangsang Anka di lehernya sebelum mencekik Anka pelan yang membuat nafas Anka tertahan seketika.

Kedua, dengan senyuman yang masih melekat di wajahnya akibat keisengannya membuat Anka terkejut untuk yang kedua kalinya, tangan kanannya kini bertemu dengan pentolan warna pink milik kekasihnya. Ia pelintir dan usap menggunakan caranya sendiri yang membuat Anka.. lihatlah. Keenakan. Desahan Anka seperti anak kecil yang malu-malu, berbeda dengan suaranya saat berbicara. Dan Gladys berhasil membuat Anka mengeluarkan sisi lain dari dirinya.

Dan ketiga, setelah ia puas meremas dan memainkan dada kekasihnya, kini gantian mulut Gladys yang jalan-jalan dengan sebelumnya menyuruh Anka untuk tidak menyentuhnya sama sekali. Alhasil, wanita berusia dua puluh delapan tahun itu hanya bisa meremas sprei di sekitar tubuhnya saat ia rasakan Gladys menghisap leher bagian kirinya yang menjadi pusat titik rangsangnya.

"Fuck me."

Dan bahkan secara tidak sadar, Anka telah mengucapkan kata-kata sakralnya yang tidak pernah ia katakan kepada siapapun sebelumnya, yang tidak pernah ia minta kepada para wanita mana saja yang pernah dipacarinya.

Kecuali satu gadis bernama Gladystia.

Yang bisa membuatnya melupakan segalanya, akalnya, nuraninya, dominasinya, dan ketakutannya.

Gladys sempat menegang beberapa saat guna menjernihkan pendengarannya. Anka.. memintanya? Anka sudah memperbolehkan Gladys menyentuhnya, dan sekarang Anka memintanya untuk 'fuck her'? Damn, se-cinta apa Anka kepada gadisnya?

Atau, hanya untuk menutupi setitik rahasia yang masih hinggap di kepalanya? Entah, yang pasti Gladys menyukai permintaannya ini.

Ciumannya turun ke belahan dada kekasihnya, meninggalkan ruam merah keunguan disana, berdampingan dengan dua lainnya yang berada di dekat puting kekasihnya.

Kedua tangan Gladys meremas pinggang Anka saat wanitanya semakin sibuk mengeluarkan desahan, erangan dan geraman karena ia yakin ia tidak bisa menahan libidonya lebih lama lagi.

Dengan perlahan, beriringan dengan ciumannya yang semakin lama semakin turun ke paha, Gladys melepaskan boxer kekasihnya untuk dipertemukan dengan undies berwarna hitam yang sudah nampak bercaknya.

"Aku belum sentuh, lho." Gladys berkata, sembari memposisikan tubuhnya tepat diatas kekasihnya, Anka menutup sebagian wajahnya dengan lengannya menahan malu.

"Dyyyssss." Rengeknya dengan suara yang benar-benar berbeda, malah terdengar seperti Gladys saat bermanja-manja.

Gladys tersenyum, Anka-nya bukan Anka yang sok kuat malam ini, bukan Anka yang dominan, bukan Anka yang selalu melindunginya, bukan Anka yang harus membuatnya selalu baik-baik saja. Tapi Anka-nya malam ini adalah Anka-nya yang manja. Anka-nya yang seperti anak kecil. Anka-nya yang butuh diperlakukan dengan manis.

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang