Episode 48: 5 Agustus

796 52 19
                                    

"Aku pelan-pelan, ya?" Ucap Anka kepada gadisnya. "Kalau sakit bilang."

Gladys mengangguk saja sembari memejamkan matanya dan menggigit bibir bawahnya saat benda asing itu mulai menyentuh tubuhnya. Bibirnya sedikit terbuka saat salah satu anggota tubuhnya merasakan hal yang berbeda saat bersinggungan dengan benda yang belum pernah ia rasakan sama sekali saat ia sadar.

Dan ketika Anka menekan benda itu untuk masuk ke dalam bagian tubuh Gladys dan sebuah hentakan kesakitan Gladys rasakan seketika, ia menjerit.

"Aaaooww!" Ia langsung menoleh memandang pacarnya. "Sakit!"

"Udah, kok." Anka menunjukkan benda yang sedari tadi dipegangnya. "Itu udah kepasang tindiknya."

Gladys langsung mengambil cermin, melihat telinga kirinya sudah terpasang anting baru diatas anting bayinya. Ia melirik Anka dari cermin, cemberut karena kesakitan menahan sakit dadakan.

"Kamu salah tempat, nggak?" Ujar Gladys. "Ini bener posisinya udah disini? Nggak kena tulang, 'kan? Sakit soalnya."

Anka memutar bola matanya malas. "Kamu mau dipasangin sama abangnya nggak mau, maunya sama aku. Giliran aku pasangin, ngomel. Itu kata abangnya udah pas, aku tinggal tekan aja tadi. Nggak percaya suruh abangnya cek sana. Aku mau beli minum dulu, haus."

"Ih, jangan tinggalin aku." Gladys cemberut, manyun, manja, membuat Anka gemas. "Ikut."

Anka tidak menanggapi secara verbal, ia hanya mengulurkan tangan kanannya dan disambut oleh gadisnya dengan segera setelah berpamitan kepada tukang tindiknya.

"Sakit?" Tanya Anka perhatian.

Gladys masih manyun, memegang telinga kirinya yang masih segar dengan anting baru. "Dikit. Kamu dulu ga kesakitan?"

Anka menggeleng. "Emang enggak sakit, kok."

"Bagi kamu. Bagi aku?" Gladys sewot. "Kamu mau beli minum apa?"

"Pengen Cetem." Sahut Anka singkat.

Gladys sedikit melongo. "Ke LG? Ka, jauh." Rengek Gladys.

"Astaga, manjanya." Gumam Anka heran. "Biasanya kamu yang suka muter-muter kalau jalan-jalan dan aku nggak pernah protes. Ini aku minta ke LG aja kayak aku ini ngajak kamu ke Anambas nyebrang pakai motor."

"Kamu? Nggak protes?" Gladys bersedekap, melirik Anka dengan tatapan kematiannya. "Sejak kapan? Apa-apa dikomentarin, apa-apa dibenerin. Kamu tanya aku satu kali dan aku nggak denger aja kamu langsung sewot nggak mau ngulangin pertanyaan. Kamu tuh manusia paling aneh, Ka."

Anka diam, dalam perjalanan mereka ke lower ground salah satu mall yang ada di Batam itu Gladys juga mengikuti Anka yang tiba-tiba diam. Namun gerakan Anka selanjutnya membuat Gladys senyum-senyum juga di tengah riuhnya manusia yang bersliweran disana.

Anka memegang pinggang Gladys saat mereka hendak turun di eskalator. "You love me anyway." Sahut Anka akan kata-kata Gladys sebelumnya.

"Of course, I do." Balas Gladys, berbisik di telinga Anka. "Dan aku pastikan nggak akan ada yang bisa ngalahin aku dalam hal menyayangi kamu."

Anka tersenyum malu. "Jangan bikin adem panas disini."

"Oh, tujuanku di toilet mall kali ini."

Gladys mengerling nakal kepada kekasihnya sebelum ia berjalan duluan menuju konter tempat mereka akan membeli minum, meninggalkan Anka yang hanya bisa menggelengkan kepalanya heran sembari menahan senyumnya.

Gadisnya.. luar biasa.

"Matcha Milk Tea, large, pakai boba. Udah kamu diem aja, cari tempat duduk sana." Ucap Gladys saat menyadari jika Anka sudah berdiri di belakangnya saat antre.

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang