Episode 20: 29 Juni (Part 2)

625 66 20
                                    

Tidak ada yang berbicara satu sama lain ketika mobil itu melaju ke arah rumah. Baik Anka dan Gladys sama-sama tidak ada yang bersuara, hanya hembusan nafas mereka saja yang bersua di udara.

Pun ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah. Gladys membuka pintu dengan kasar, sedangkan Anka menutupnya dengan perlahan.

"Maksud kamu apa ngasih nomor kamu ke Putri? Kamu kasih dia nomor kerja bisa, 'kan?" Gladys melempar tasnya ke ranjang tidur mereka, menatap Anka yang sama-sama sedang menahan amarahnya.

"Dan Irfan yang dengan seenaknya nyubit kamu itu nggak apa-apa?" Balas Anka, sembari melepas hoodie Gladys yang dikenakannya.

"Bahas Putri dulu." Gladys mengacungkan jari telunjuknya.

"Fine." Tantang Anka, ia menatap Gladys dengan marah. "Kamu tahu nggak aku ngomong apa sama dia? Dengan jarak lima meter dan kamu sibuk ngobrol sama Irfan emang kedengeran aku dan Putri ngomong apa?"

"Aku nggak budeg, Anka! I heard everything!" Sahut Gladys marah.

"Oh, ya? Apa yang kamu dengar?" Tanya Anka menantang gadisnya.

"Putri minta nomor kamu." Jawab Gladys menatap Anka dengan tatapan tidak mau kalah.

"Tahu jawabanku, nggak?"

"Kamu kasih dia."

Anka bersedekap, memandang Gladys dengan heran. "Kamu emang budeg, Dys."

"Apa maksudnya?!" Tanya Gladys marah. "Udah jelas-jelas aku dengar sendiri kamu tanya 'nomor pribadi aku?' terus kamu keluarin HP kamu."

"Aku tanya dulu sama kamu. Kamu dengar aku jawab apa, nggak?"

Gladys terdiam, nafasnya naik turun dengan cepat. Ia memproses pertanyaan Anka dengan penuh tanda tanya. Anka lalu menjelaskan tanpa ingin menunda lebih lama lagi.

"Iya memang benar aku bilang 'nomor pribadi aku?' tapi kamu tahu jawabanku, Dys? Enggak, 'kan? Iya, karena kamu fokus sama si Irfan." Anka menatap Gladys dengan serius. "Aku bilang ke Putri dia boleh minta nomor pribadi aku tapi minta sama kamu. Ngerti?!"

Gladys menaikkan sebelah alisnya dengan refleks, ia menatap Anka yang masih marah. Anka kemudian duduk di ranjang tidur mereka dan bersandar di headboard, memejamkan matanya dan membiarkan Gladys bertindak sesukanya.

"Kamu nggak mau dengerin penjelasan aku?" Tanya Gladys, duduk di depan Anka.

Anka menggeleng, masih tidak melihat kekasihnya. "Terserah kamu aja."

"Aku nggak tahu dia bakal nyubit-nyubit pipi aku, Ka. And it happened twice." Saat mengucapkan kalimat terakhir, suara Gladys memelan.

Anka tersenyum mencemooh tanpa ingin merespon. Ia hanya membiarkan gadisnya berkicau sesuka hati menjelaskan situasi yang tidak ia ketahui tadi.

"Aku udah bilang kamu nggak usah kerja aja tapi masih ngeyel." Sahut Anka setelah satu menit ia terdiam.

"Tapi aku bosan di rumah aja, Ka!"

"Kamu mau usaha apa? Bilang. Biar aku nggak kepikiran setiap saat. Kalau kamu kerja dan kamu menerima perlakuan kayak gitu dan posisi aku nggak tahu apa semuanya akan baik-baik aja kedepannya?"

"Aku kan selalu bilang ke kamu apa yang aku alami dalam kesehariannya, Anka. Kamu minta aku untuk terbuka sama kamu, aku lakuin. Aku terbuka sama kamu, 'kan? Semuanya aku ceritakan sama kamu bahkan aku lagi berak aja aku sekarang laporan ke kamu, aku habis bunuh semut aja aku bilang, aku ke pasar lihat kol yang berbentuk kerucut aja aku cerita. Dan bahkan aku nyobain bra kamu aja aku juga langsung telpon kamu 'kan, Ka? Aku ini udah terbuka yang terlalu terbuka sama kamu!"

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang