Episode 66: 24 September

478 51 17
                                    

I wanna be so far gone in you~

So far nothing else will ever do~

I wanna be so far gone in you~

In you~

I wanna be lost~

I wanna be lost in you like a ship in the night~

I wanna get lost in you underneath your sky~

I wanna be lost in you like a ship in the night~

So far gone tonight~

"Kak."

Lamunan Anka saat mendengarkan lagu Thousand Foot Krutch yang berjudul So Far Gone terhenti karena panggilan Rere yang sedang berdiri di ambang pintu ruangan kerjanya. Ia mendongak, bertanya tanpa suara. Rere kemudian masuk setelah Anka mempersilakannya tanpa berkata sepatah kata.

"Ada apa, Re?" Tanya Anka kemudian saat Rere hanya diam saja setelah 1 menit berada di ruangan kerjanya.

"Ehm, gini." Rere menjeda, mengambil nafas lalu mengeluarkannya perlahan sebelum melanjutkan perkataannya. "Kan kemarin aku sama Dika edit video dan deadline-nya hari ini. Tapi file-nya corrupt, aku dan Dika tadi coba benerin tapi nggak mau sementara customer udah tanya-tanya terus daritadi kata Stella."

"File corrupt kemarin, deadline-nya hari ini dan kamu baru bilang ke saya beberapa detik yang lalu?" Tanya Anka, nada suaranya datar saja tapi sorot matanya sudah mengindikasikan kemarahan. "Kamu tahu hari ini berakhir nanti pukul dua belas lewat satu detik dan sekarang sudah jam 9 malam sementara kita tutup 1 jam lagi dan kamu baru ngasih tahu saya?"

"M-maaf, Kak. Kami berdua pikir kami bisa mengatasinya, tapi—"

"Mana Dika?" Potong Anka, menatap tajam ke arah Rere yang tertunduk. "Kenapa bukan Dika yang kesini menghadap saya?"

"Dika lagi di toilet, Kak. Sebentar lagi kesini." Sahut Rere takut-takut.

Anka bersandar ke kursi kerjanya, menghembuskan nafasnya dengan sedikit kasar. Otaknya berpikir keras bagaimana caranya mengatur agar file itu selesai dalam waktu satu jam.

"Nggak ada salinannya, Kak." Jelas Dika beberapa saat kemudian. "Aku yang salah. Tadi aku nggak copy dulu datanya. Jadi cuma itu aja yang ada."

Lirikan tajam Anka menghujam anak buahnya. Dika paham, jika Anka tidak sampai berkata-kata berarti ada dua arti, Anka sedang berpikir memikirkan jalan keluarnya, atau ia sedang marah namun ditahannya. Tidak ada yang tahu bagaimana reaksi Anka yang sebenarnya kecuali—

"Ankaaa!" Panggil Gladys dari ambang pintu, tersenyum lebar kepada kekasihnya yang sedang cemberut wajahnya. "Kamu kenapa?"

Anka hanya memberi jari telunjuknya untuk menyuruh Gladys diam. Kening Gladys berkerut bingung, Rere dan Dika dua-duanya tertunduk di depan Anka. Lalu Gladys memutuskan untuk menarik kursi lain dan duduk di belakang kekasihnya sembari bermain game, membiarkan Anka mengurusi pekerjaannya terlebih dulu.

"Mana datanya?" Tanya Anka, Dika menyerahkan flashdisk yang berisi file corrupt itu, Anka langsung mengeceknya. "Yang mana?"

"Atas nama Natali Kusumawardhana, Kak." Jawaban yang diterima Anka yang ia dengar dari mulut Rere tidak hanya membuatnya melotot, namun juga Gladys yang berada di belakangnya. "Kata dia, itu file lama. Udah beberapa bulan yang lalu tapi dia kelupaan dan baru minta sekarang."

Tiba-tiba Anka merasakan hawa panas di sekitar tubuhnya padahal AC sudah menyala dingin, melebihi dinginnya kutub utara.

Anka lalu menoleh ke belakang ke arah sumber utama hawa panas itu dan menemukan wajah Gladys memerah karena marah. Ia yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menyuruh gadisnya tenang, biarkan ia menyelesaikan masalah pekerjaannya terlebih dahulu setelah itu baru urusan pribadi yang lagi-lagi menyangkut soal masa lalu.

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang