Mereka berdua makan bersama di ruang tamu kamar kost Gladys tanpa bersuara seperti biasanya. Kwetiau Goreng dan Nasi Goreng yang Anka beli tadi ternyata untuk mereka berdua. Entah sejak kapan Anka menapakkan kakinya di tanah Bali. Gladys tidak tahu. Tapi yang ia tahu, Danisa dan Gigi pasti sudah lebih dulu tahu soal ini.
"Enak?" Tanya Anka kemudian, memecah keheningan.
Gladys hanya mengangguk tanpa berniat bersuara. Anka yang melihat jika Gladys sedikit tidak niat makan malam yang dibelikannya berinisiatif mengambil piring berisi nasi goreng itu dari tangan mantan kekasihnya.
Seketika Gladys mendongak, Anka sedang mengatur porsi nasi di sendoknya seperti yang biasa wanita itu tahu seberapa banyak suapan untuknya. Lalu Anka menatapnya, menaikkan kedua alisnya guna bertanya.
"Kamu capek, 'kan? Kamu jadi butuh tenaga. Yok, makan." Anka mendekatkan satu sendok berisi nasi goreng ke depan mulut Gladys.
Bukannya membuka mulutnya, Gladys malah cemberut menatap Anka dan bersedekap sok galak. Dan Anka yang seharusnya marah karena usahanya disia-siakan Gladys, malah tertawa pelan melihat tingkah mantan gadisnya, membuat Gladys malah semakin mengerutkan keningnya.
"Kan aku udah pernah bilang sama kamu." Akhirnya Anka meletakkan piring makan Gladys. "Kamu nggak usah sok-sok marah kayak gini. Bukannya bikin aku takut, kamu malah terlihat imut."
"Ck." Gladys berdecak sebal, ia kemudian mengambil piring makannya lagi dan menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya sendiri dengan sedikit brutal, membuat Anka malah mendelik takut.
"Pelan-pelan, ih. Nggak ada yang mau minta juga pun." Anka mengusapkan ibu jarinya ke ujung bibir Gladys yang sedikit belepotan namun gadis itu malah meliriknya tajam. "Iya, iya. Enggak. Maaf."
Anka menyimpan kembali tangannya untuk dirinya sendiri. Lalu ia memutuskan untuk menghabiskan Kwetiau Goreng-nya sendiri sebelum menghadap Gladys lagi yang juga sudah menelan habis makan malamnya yang Anka belikan untuknya.
"Udah siap buat ngobrol atau belum?" Tanya Anka kemudian, Gladys menggeleng. "Ya udah. Take your time, ya? Kalau udah siap, kabari aku."
Anka sudah setengah berdiri, namun tangan Gladys menahannya. "Yang nyuruh kamu pulang siapa?"
Kening Anka berkerut bingung. "Katanya kamu belum siap ngobrol?"
"Abis makan, lho!" Gladys berdecak sebal. "Nanti dulu kenapa? Kekenyangan jadi bodoh."
Anka tersenyum, ia kembali duduk, melihat Gladys yang langsung sibuk bermain ponselnya sendiri. "Iya, aku tunggu."
Daripada bengong dianggurkan Gladys, Anka juga mengambil ponselnya. Ia lalu terlibat perbincangan dengan Monik perihal pertunangan adiknya. Sesekali Gladys melirik Anka, wanita itu menurutnya sekarang terlihat lebih bebas, lebih lepas, seperti tidak ada beban di kepalanya.
Dan entah kenapa Gladys malah tidak menyukai hal itu. Aneh, bukan?
"Ka?" Panggil Gladys kemudian, Anka langsung melihat ke arahnya.
"Ya?" Sahut Anka lembut. "Nanti gue telpon lagi, Nik. Bilang sama Arka buat pakai buket bunga pilihan gue." Anka langsung memasukkan ponselnya ke dalam tas selempangnya.
"Sini." Gladys menepuk kursi di sebelahnya.
Anka menurut, ia memposisikan duduknya agar nyaman berada di sebelah Gladys. "Iya?"
Kening Gladys malah berkerut bingung. "Katanya mau ngomong? Ya ayo, ngomong."
"Iya." Anka mengangguk. "Tolong jangan dipotong dulu, ya? Kalau mau ngamuk, ditahan dulu. Biarin aku selesaikan apa yang menjadi versi aku. Setelah aku selesai, kalau mau kasarin aku nggak apa-apa. Boleh? Bisa?"
![](https://img.wattpad.com/cover/366984016-288-k991092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomantikTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...