Gladys tiduran di samping kekasihnya setelah mereka pulang dari jalan-jalan, memeluk Anka yang sedang melihat Instagram dan mengabaikannya, hanya tangan kirinya saja yang membelai rambut Gladys.
"Sayang?" Panggil Gladys pelan.
"Hmm?" Sahut Anka, matanya tidak lepas dari layar ponselnya.
"Aku mau tanya." Kata Gladys, sedikit mendongak untuk mengecup dagu Anka.
"Apa?" Anka kemudian meletakkan ponselnya di nakas sebelahnya, memeluk gadisnya dan sesekali menciumi kepala Gladys sebelum matanya menatap mata kekasihnya.
"Jawab jujur, ya?" Ucap Gladys lagi.
"He'em. Apa, Sayang?" Anka menyibakkan poni Gladys lalu mengusap kepala gadisnya.
"Menurut kamu, tindakan kecilku yang paling bikin kamu berkesan apa?" Pertanyaaan Gladys membuat Anka tersenyum.
"Cara kamu ngertiin aku." Jawaban singkat Anka membuat Gladys bingung. "Karena aku ngerasa selama ini nggak ada orang yang ngertiin aku kayak kamu ngertiin aku. Contoh sederhana, pas kita ada masalah, aku cemburu atau pas aku marah. Kamu tahu aku bakal menghindar, tapi kamu lebih tahu itu. Kamu mencegah aku pergi, kamu diemin aku dulu sampai aku tenang, baru kamu ajak aku bicara. Biasanya, sama yang dulu-dulu, ketika aku menghindar, mereka membiarkan sampai aku tenang sendiri dan kembali seolah nggak pernah terjadi apa-apa. Jadi ketika kejadian itu terulang lagi kedepannya, aku yang menganggap mereka jahat karena mereka nggak ada usaha buat mengajak aku bicara. Aku butuh dipaksa, Dys. Aku nggak akan gerak kalau nggak diajak gerak. Aku nggak akan ngomong kalau nggak diajak ngomong. Seperti yang pernah aku bilang, aku orangnya susah. Nggak ada yang ngerti keanehan aku."
Gladys mendengarkan dengan seksama, Anka lalu melanjutkan. "Dan, kehadiran kamu melebihi kekuatan otak aku. Hanya kehadiran kamu. Sederhana, 'kan? Tapi itu nyatanya, itu faktanya. Kehadiran kamu cukup membuat aku melihat hal-hal di luar sana yang selama ini tertutup sama egoku. You mean the world so much to me, Dys. And like I've said, I don't only love you. But I'm deeply falling in love with you."
Perlahan, Gladys tersenyum, malu. Ia tidak tahu Anka melihatnya demikian berartinya. "Kamu, dan mulutmu."
Anka terkekeh pelan. "Mungkin bagi kamu dan orang lain itu hal kecil, tapi aku menganggapnya besar karena itu mengandung seluruh jawaban kenapa aku bisa mencintai kamu. Karena itu kamu, bukan orang lain."
Perlahan, Gladys tersenyum. Ia mengusap pipi Anka dan sesekali mencubitnya pelan. "Kalau yang paling kamu suka dari aku, apa?"
"Kamu as in fisik atau apa? Be more spesific, Cantik." Anka mengecup hidung gadisnya.
"Anything." Anka lalu tersenyum mendengar itu.
"Aku suka semuanya dari kamu." Jawab Anka yang membuat Gladys memutar bola matanya malas. "Loh, iya."
"Orang kalau lagi jatuh cinta jawabannya pasti itu." Gladys sedikit cemberut, Anka terkekeh pelan. "Nobody's perfect, Anka. I have so many flaws."
"Okay, then." Anka mengubah posisi tidurannya, kini menghadap Gladys dan menatap kekasihnya itu dengan sedikit serius. "Sebagai manusia biasa yang punya banyak dosa, aku akan menilai kamu secara manusiawi aja, ya? Bukan menurut hati."
Gladys mengangguk, penasaran dengan jawaban Anka. "Objective, agree."
"Dalam segi fisik, aku suka rambut kamu. Makanya aku nggak mau kamu potong rambut." Anka langsung cemberut setelah mengatakannya. "Yang kedua, aku suka jari-jari kamu. Aneh, 'kan? Iya, aku aneh."
Gladys tertawa mendengarnya, ia kemudian menggeleng. "Jari-jariku kenapa?"
"Nggak tahu. Suka aja lihatnya, suka lihat kukunya yang nggak terlalu panjang. " Anka ikut tertawa. "Yang ketiga, well, hmm, aku nggak mau sok-sokan. I love your boobs."
![](https://img.wattpad.com/cover/366984016-288-k991092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomanceTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...