"Kamu kalau nggak nyebelin nggak bisa, kah?" Teriak Gladys, Anka tertawa terbahak-bahak di depannya. "Sumpah, ya! Kalau kamu laki betulan, udah aku sunat kamu!"
Tawa Anka semakin tidak terkendali, membuat Gladys semakin gemas dan memukulinya pelan. Anka hanya berusaha menangkis pukulan-pukulan pelan Gladys, tidak menghindarinya. Lalu setelah pukulan Gladys semakin lama semakin melemah, ia pegang kedua tangan gadisnya yang membuat Gladys ambruk di atas tubuh Anka.
Gladys ngos-ngosan, begitu juga dengan Anka. Tawanya berangsur reda, kedua tangannya langsung memeluk Gladys, membuat gadis itu memejamkan matanya karena merasa nyaman dilindungi oleh kedua tangan Anka yang kokoh.
"Jangan pulang dulu." Gumam Gladys di pelukan Anka.
Anka menghela nafas pelan. "I have to."
"Sering-sering kesini, ya?" Pinta Gladys dengan volume suara yang pelan.
Anka tertawa pelan, mengusap kepala Gladys dengan lembut. "Jadi, yang nggak bisa LDR siapa?"
"Ck. Ah. Emang nyebelin." Gladys memukul dada Anka pelan. "Ya udah, nggak usah."
Tawa Anka mengalun pelan di telinga Gladys. "Kenapa bukan kamu yang pulang? Kenapa kamu memilih pergi? Hmm?"
Gladys terdiam. Anka bisa merasakan ketidaknyamanan Gladys di pelukannya, jadi ia urungkan pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan akan membuat Gladys semakin tidak nyaman, atau bahkan mungkin marah.
"Aku tunggu kamu pulang, ya?" Kata Anka kemudian. "Aku akan selalu tunggu kamu."
Gladys lalu memeluk Anka karena tidak berani menjawab pertanyaan itu. Pelukan Anka adalah satu-satunya hal yang dibutuhkannya saat ini walau wanita itu juga yang memberikan pertanyaan yang tidak membuatnya nyaman. Anka adalah kutub negatif dan kutub positif di kehidupannya.
"Kamu jaga diri baik-baik disini, ya?" Pesan Anka. "Aku setiap bulan akan mampir kesini pas ada pekerjaan di Karangasem."
Gladys mengangguk di pelukannya. "Boleh nggak kamu kembali jadi Anka yang nyebelin?"
Kening Anka berkerut mendengar itu. "Aku kan emang nyebelin dari dulu katamu, Dys."
Gladys menggeleng. "Bukan nyebelin yang itu."
"Terus?" Tanya Anka lagi, masih bingung, namun sedetik kemudian dia tersadar. "Oh, yang itu? Nanti kamu nggak nyaman, Dys. Membuat kamu nggak nyaman adalah hal terakhir yang kemungkinan aku lakuin ke kamu."
"Tapi aku kangen kamu yang nyebelin kayak gitu." Dari nada suaranya saja Anka tahu jika Gladys sedang cemberut, manyun, dan segala per-ngambek-an lainnya yang bisa dilakukan gadis itu.
Anka kemudian mengecup kepala Gladys beberapa kali. "Let's try, yeah?"
"Jangan cuekin aku." Pinta Gladys lagi.
"Iya." Jawab Anka sambil mengangguk.
"Jangan jelalatan matanya mentang-mentang aku nggak disana." Pesan Gladys.
"Iya." Jawab Anka sudah hampir terkekeh.
"Jangan sering hunt foto cewek."
"Iya."
"Jangan nge-foto model dewasa sendirian."
"Iya."
"Jangan pulang malam-malam."
"Kan aku tinggal di studio."
"Oiya, pokoknya kalau lagi main jangan pulang malam-malam."
"Iya."
![](https://img.wattpad.com/cover/366984016-288-k991092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomanceTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...