Episode 59: 7 September

350 52 6
                                    

Gladys sedang tertawa bersama dengan Dek Satya, Mbok Ratna dan Mang Adi di bar saat seseorang masuk dan mengagetkan mereka. Tas ransel di punggung, tas koper di tangan kiri dan tas selempang di dada membuat mereka bertiga berpikir jika orang ini baru saja mendarat. Tapi pada pukul 10 malam saat mereka akan tutup? Yang benar saja!

"Iced Latte Extra Shot."

Gladys yang berdiri paling pojok, yang paling tidak sadar jika ada customer masuk, langsung menoleh seketika saat mendengar suara yang tidak asing di telinganya.

Yang sedari beberapa hari lalu ia rindukan dan yang ia tunggu kehadirannya. Matanya hidup, ia ingin berteriak, berlari memeluk kekasihnya yang datang tiba-tiba tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Anka bilang hari Sabtu ia datang. Namun kenapa di hari Rabu ini dia sudah berada di Seminyak? Padahal lumayan juga jaraknya dari bandara. Gladys maju paling depan, mengabaikan rekan-rekan kerjanya yang memandangnya dengan heran karena se-excited ini Gladys melayani seorang tamu, tidak seperti biasanya.

"Nanti nggak bisa tidur, loh." Gurau Gladys saat membuatkan pesanan Anka.

"Emang niat nggak tidur, kok." Anka mengedipkan sebelah matanya, Gladys dibuat salah tingkah maksimal karena itu. "Kan mau-"

"Ehem." Gladys berdehem. "Nanti aja dibahas."

"Dibahas?" Goda Anka. "Kan langsung praktek."

Gladys mengatupkan bibirnya rapat-rapat menahan malu. Mbok Ratna mendekati Gladys, membuat Gladys tambah grogi. Bagaimana jika-

"Siapa, Dys?" Tanya Mbok Ratna sambil berbisik.

"Hmm?" Gladys menoleh ke arah seniornya. "Kakak aku."

"Oh." Komen Mbok Ratna singkat, langsung menatap Anka yang meliriknya dengan tatapan datarnya. "Suka kopi?"

Anka menoleh ke kanan dan ke kiri sebelum menunjuk dirinya sendiri. "Suka."

Dan lirikan kematian dari Gladys langsung menghujani Anka dan Mbok Ratna secara bergantian. Tangannya mulai sedikit berisik saat mengerjakan pesanan kekasihnya, Anka tahu pasti tentang kemarahan itu.

"Baru datang?" Tanya Mbok Ratna lagi. "Dari Semarang juga?"

Anka mengangguk canggung, takut oleh tatapan mata Gladys yang menusuknya. "Aku tunggu di motor kamu aja, ya?"

Gladys mengambil kunci motornya dan menyerahkannya kepada Anka. Kekasihnya itu kemudian pamit, tanpa membayar. Mbok Ratna menoleh ke arah Gladys.

"Aku yang bayar. Kartu ATM dia kubawa dua." Jawab Gladys yang tanpa sadar nada cemburunya sudah nampak ke permukaan.

"Bukan kakak kandung, 'kan? Nggak mirip soalnya." Tanya Mbok Ratna kemudian.

"Sepupu jauh." Jawab Gladys asal.

"Berapa lama dia disini?" Tanya Mbok Ratna lagi.

Gladys membersihkan gelas kotor sembari menjawab. "Nggak tahu. Suka-suka dia aja."

"Dia keren, ya?" Komen Mbok Ratna yang seketika menghentikan aktivitas Gladys.

Shit. Batinnya konyol. "Dari mananya? Mbok nggak tahu aja dia nyebelin setengah hidup."

Mbok Ratna tertawa, wanita yang umurnya sepantaran dengan Anka itu menepuk pundak Gladys pelan. "Malah seru tahu sama orang yang nyebelin gitu. Nggak bosen jadinya."

"Haha." Gladys tertawa singkat, hambar, tanpa nada. "Nanti aku salamin buat dia kalau Mbok mau."

Mbok Ratna nyengir. "Boleh."

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang