"Kamu letak mana hoodie kesayangan aku?!" Gladys berteriak memekakkan telinga.
Anka yang masih tertidur membuka matanya dengan kaget. "Apa?"
"Hoodie aku. Aku kan masuk pagi. Aku telat. Kamu tuh, ah!" Gladys mengobrak-abrik lemari pakaian mereka.
"Sejak kapan itu jadi hoodie kesayangan kamu?" Tanya Anka dengan mata terpejam, tahu jika hoodie yang dimaksud adalah hoodie-nya.
"Kaaaaaa!" Gladys merengek. "Jangan bilang masih di laundry?"
Anka mengangguk asal. "Pakai aja hoodie yang lain dulu."
"Nggak mau! Pokoknya aku mau pakai hoodie itu!" Gladys menutup pintu lemari dengan kasar.
"Tempat laundry-nya pun juga belum buka, loh." Anka menutup seluruh tubuhnya menggunakan selimut. "Kamu berangkat sendiri aja. Aku ngantuk."
"Dasar kebo!" Gladys lalu meraih hoodie coklat tua yang tergantung dibalik pintu kamar tidur mereka. "I love you!"
"I know." Sahut Anka yang membuat Gladys gemas lalu menindihnya. "Berat, ih."
"Berarti bener aku gendutan." Ucapan Gladys membuat Anka terkekeh, membuka selimut itu dan melihat kekasihnya yang cemberut. "Diet, ah."
"No!" Anka memeluk Gladys, mengecup kepala gadisnya dengan lembut. "Awas aja sampai kamu diet."
Gladys terkikik pelan. Ia kemudian mengecup telinga kiri kekasihnya dengan iseng dan membuat Anka mendesah pelan. Gladys merasakan pelukan Anka mengerat, menandakan jika wanita itu bereaksi atas tindakannya.
"Sayang." Rintih Anka pelan. "Katanya telat? Kok masih bisa isengin aku?"
Gladys tidak menjawab, ia malah semakin jahil kepada kekasihnya. Hisapan kecilnya turun ke leher kiri Anka, ke titik dimana Anka akan menggelinjang pelan dan meremas pinggangnya dengan sedikit erat.
"F-fuck." Anka menahan nafasnya yang sudah sedikit memburu saat ia tahu jika Gladys sedang meninggalkan jejak ruam merah keunguan di lehernya. "S-s-sayang."
Gladys mengabaikan Anka, membuat tanda kepemilikan untuk yang ketiga kalinya di satu titik yang sama, membuat Anka seperti mempunyai tembong yang besar.
"There, you have a cute hickey." Gladys membelai pipi kiri Anka. "Aku berangkat, ya?"
Anka mengangguk. "Hati-hati."
"Kamu nanti mau ngapain? Kemana? Sama siapa? Jam berapa?" Tanya Gladys bertubi-tubi. "Nggak usah ke kedai, ada Jihan."
Anka tertawa renyah. "Nggak mau juga aku kesana, nanti aku direbutin."
"Anka!"
"Hahaha."
"Males, ah." Gladys bersedekap, cemberut.
Anka meraih kedua lengan gadisnya dan mengecupnya bergantian. "Aku nanti mau keluar sebentar aja. Sebelum kamu pulang, aku udah di rumah. Kamu mau makan apa?"
"Makan kamu." Sahut Gladys sambil manyun manja. "Udah lama nggak makan kamu."
Anka langsung berdehem, merasakan ketidaknyamanan di bawah sana karena mendengar penuturan gadisnya. "Let me treat you nicely."
"Then I will serve you right." Gladys mengedipkan sebelah matanya sembari menggigit bibir bawahnya, tanda jika ia ingin segera Anka tusuk.
Anka, yang sudah sedikit terpancing langsung melumat dua jari Gladys dan memainkannya di mulutnya sembari menahan kontak mata dengan gadisnya. Mulut Gladys dengan refleks terbuka, terbawa suasana saat ia melihat Anka begitu seksinya memainkan jemarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomanceTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...