Episode 40: 19 Juli

605 61 7
                                    

Anka dengan sedikit tergesa turun dari mobil. Ia lega mengetahui jika Gladys belum berangkat kerja. Motor gadisnya itu masih berada di garasi.

Ia mencoba membuka pintu depan namun tidak bisa. Ia ketuk pintu rumah itu berkali-kali sampai tangannya memerah karena Gladys baru membukakan pintu di ketukan ke sekian.

Mereka hanya bertatapan seperti orang bodoh. Namun setelah tiga detik lamanya mereka saling pandang, Gladys melengos. Gadis itu kemudian masuk ke dalam kamar, diikuti oleh Anka yang masih linglung.

"Dys, aku mau balas chat kamu tapi disana nggak ada sinyal. Aku mau telpon juga nggak bisa." Anka berusaha menjelaskan, namun gadisnya cuek saja di depan cermin masih berdandan. "Dari jam 4 pagi tadi batreku low. Aku nggak bawa powerbank. USB-nya ketinggalan di rumah, aku jadi nggak bisa nge-charge."

Gladys masih tidak menyahut, Anka merasa serba salah. Ia harus menjelaskan kepada gadisnya kalau ia tidak sengaja pulang telat!

"Aku pergi tadi malam karena ada agenda ngefoto, Dys. Aku pergi ke Telomoyo buat ngejar sunrise. Dua tas tadi itu peralatan motret aku karena aku berangkat sendiri, nggak sama anak-anak. Ada buktinya kalau aku beneran kesana, kok. Kan nggak mungkin aku sampai rumah dalam waktu setengah jam aja dari sana. Aku kan nggak punya burung, nggak bisa terbang." Imbuh Anka, dengan volume suara yang kecil saat mengatakan kalimat terakhir.

Ia kemudian beranjak, hendak mengambil kameranya yang masih tertinggal di dalam mobil untuk membuktikannya kepada Gladys. Namun dengan melihat pergerakan Gladys yang bahkan tidak menganggapnya ada membuat Anka kembali terduduk di atas kasur, menyadari sesuatu.

"Oh. Udah putus, ya?" Ujar Anka pelan. "Maaf, ya? Segimanapun aku berusaha buat sampai di rumah dalam waktu yang kamu tentukan, aku masih nggak berhasil juga mempertahankan."

Lima menit lagi waktu Gladys akan berangkat kerja setiap harinya jika masuk pagi. Anka hanya bisa bangkit, membuka lemari dan mengambil pakaian-pakaiannya, meletakkannya di kasur, mengambil tasnya dan berkemas.

Gladys hanya melirik, kemudian bangkit. Berjalan menuju pintu keluar dengan sebelumnya mengambil kunci di nakas. Namun telinga Anka mendengar sesuatu yang berbeda, yang lain.

Kok Gladys bawa mobil? Pikirnya bingung.

Anka kemudian menyusul Gladys yang sudah siap dibalik kemudi. "Lho? Aku nanti nggak bisa bawa barang aku pakai motor, Dys."

Gladys menurunkan kaca mobil. "Yang nyuruh pergi siapa?"

Kening Anka berkerut, bingung. "Ehm, kan kita udah putus? Aku nggak mau bikin kamu nggak nyaman tinggal bareng. Nanti aku khilaf." Anka berusaha tertawa demi menutupi rasa nylekit di dadanya.

Gladys menarik kaos Anka terlampau kuat, membuat wanita itu terkejut saat wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari wajah kekasihnya.

"Kamu beneran mau putus?" Tanya Gladys dengan serius.

Puppy eyes Anka muncul tiba-tiba, bibir kekasihnya itu cemberut seperti sedikit menahan takut, membuat Gladys sedikit heran dan tidak menyangka, se-manja ini pacarnya ternyata.

Anka kemudian menggeleng, matanya sudah menahan air mata yang akan tumpah. Gladys kemudian mengecup hidung Anka pelan, sedikit lebih lama dari biasanya. Kedua mata mereka dengan refleks terpejam, lalu Anka yang lebih dulu membuka mata, melihat Gladys yang ia yakini juga menahan air matanya.

"I love you." Bisik Anka pelan.

"I know." Balas Gladys, yang kemudian mengecup bibir Anka, setelah sekian purnama lamanya.

Rasanya masih ada. Rasanya tetap sama. Tidak bernoda, tidak bercela. Dan masing-masing dari keduanya kini membuka mata, menemukan manik mata yang sampai saat ini masih membuat mereka jatuh cinta dengan sejuta kisahnya.

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang