Mereka berempat menyempatkan pergi makan siang ke Kedai QP (Kyupi) sesaat setelah tiba di Pulau Dewata walau pekerjaan Anka dijadwalkan lusa. Ditambah, kehadiran Nadia dan Tara serta Nara dalam meja bundar mereka membuat mereka berempat nyaman.
Hal apapun mereka bahas, dan menyambung, khususnya memang Anka, Danisa dan Nadia yang sibuk membahas klub sepakbola dan olahraga lainnya sementara Gladys, Tara dan Gigi terlibat percakapan sendiri tentang fesyen dan make-up. Bertolak belakang dengan ketiga wanita yang duduk di seberang mereka.
"And here she is, si centil dari jembatan ambrol." Ucapan datar Gladys membuat Tara menoleh ke arah pintu masuk, tatapan Gigi mengikutinya.
Tara terkekeh melihat raut Gladys yang tidak suka melihat Jihan, karyawannya, yang saat ini sedang sibuk mau mem-briefing bawahannya.
"Kenapa?" Tanya Tara penasaran. "Dia godain Anka juga?"
"Juga?" Kening Gladys berkerut bingung. "Berarti udah pernah ada korban lain sebelumnya?"
"Satu kali. Tapi udah enggak. Pas sama Anka aja dia getol banget sampai Nadia pernah tegur dia." Jawab Tara yang membuat Gladys semakin tidak suka dengan Jihan.
Tatapan Gladys beralih ke Anka yang sedang tertawa bersama Nadia dan Danisa. Dan ketika matanya menyapu seluruh ruangan, ia melihat Gigi tersenyum malu-malu ke arah yang tidak Gladys ketahui.
Namun ada satu perbedaan yang Gladys rasakan saat ia melihat wajah Anka. Benar wanita itu sedang tertawa, benar wanita itu terlihat bahagia, namun kenapa di detik wanita itu melihat ke arahnya ia bisa merasakan aura yang berbeda?
"Kamu kenapa?" Tanya Gladys pelan.
Anka pura-pura mengabaikannya dengan menggeleng cepat dan kembali masuk ke obrolan Nadia dan Danisa. Tara izin menyingkir sejenak karena Nara ternyata buang air dan Gladys mengambil kesempatan itu untuk mendekat ke arah Gigi.
"Apa yang terjadi di Batam kemarin, Gi?" Tanya Gladys bisik-bisik, tatapan matanya tidak lepas dari kekasihnya yang ia tahu wanita itu sedang berpura-pura untuk baik-baik saja.
"Nggak ada apa-apa. Semuanya beres. Kenapa, Dys?" Tanya Gigi balik.
Gladys mendesah pelan. "Lo nggak usah bohong sama gue, Gi. Anka nggak cerita apa-apa sama gue, sama kayak lo, cuma bahas garis besar masalah lo. Tapi gue yakin ada sesuatu yang bikin dia kayak gini."
"Kayak gini gimana? Kalian baik-baik aja, 'kan?" Tanya Gigi khawatir.
Gladys menoleh ke arah Gigi dengan serius. "Lo tahu dia orangnya sange-an, 'kan?"
Alis Gigi terangkat naik. "Hubungannya?"
"Gi, setelah dia pulang dari Batam dia sama sekali enggak nyentuh gue. Iya kita cuddling, iya kita kissing, tapi nggak sekalipun dia mau sampai sana."
"Capek, mungkin." Jawaban Gigi tidak memuaskan Gladys.
Gladys gemas dibuatnya. "Gi, gue sampai se-desperate itu buat bikin dia fokus sama gue, gue udah coba berbagai cara. Lo tahu gue bahkan sengaja ganti baju di kamar dan dia ngapain? Baca buku! Ngelirik gue? Anggap gue ada di kamar itu aja enggak. Gue nggak tahu pikiran dia dimana!"
"Di buku?" Lagi-lagi jawaban Gigi membuat Gladys ingin memaki kakak yang menjadi sahabatnya ini.
"Nevermind." Gladys langsung bersedekap dan dengan serius menatap Anka yang tidak mengindahkannya.
Dan sampai mereka tiba di kamar hotel pun Anka masih menganggap seolah-olah tidak terjadi apa-apa namun feeling Gladys kuat kepada kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)
RomanceTentang kehidupan Anka dan Gladys sehari-hari ketika kehidupan baru mulai menyapa. Baca dulu "Standing With You" biar paham sama jalan ceritanya 😬 Warning: • 18+ • Lesbian (Yg homophobic silakan minggir) Inspired by: The Everyday Adventures of Sam...