Episode 46: 3 Agustus

455 54 8
                                    

Batam hujan setibanya Gladys dan Anka di Bandara Internasional Hang Nadim. Mereka berjalan keluar beriringan dengan Anka membawa tas ransel dan koper mereka sedangkan Gladys sibuk mengetik sesuatu di ponselnya entah dengan siapa.

Namun saat mereka berdua hendak memasuki taksi, sebuah klakson membuat mereka berdua menoleh berbarengan. Arka keluar membawa payung untuk mereka berdua, memasukkan koper ke bagasi mobil dan segera mengajak kakak serta pacar kakaknya itu untuk pulang ke rumah.

"Ada apa, Kak?" Tanya Gladys langsung. "Ada kegilaan apa di Batam? Aku pikir semuanya normal-normal aja ketika aku pergi. Kenapa jadi se-runyam ini?"

Arka mendesah pelan, melihat dua sejoli dari rearview mirror mobilnya. "Aku nggak tahu gimana atau siapa yang bikin kekacauan ini. Aku rasa Leo. Dan sekarang Anton lagi sidang dia di rumah kamu, Dys."

"Rumah Chandradinata, bukan rumah aku." Ralat Gladys tegas, Arka meminta maaf secara tersirat. "Rumahku di Semarang. Sama Anka."

Anka langsung meremas tangan gadisnya saat mendengar itu. Rumah mereka. Ia tersenyum dalam hati, sesekali ia mencium tangan gadisnya guna menenangkannya karena ia yakin sekali jika Gladys sedang marah sekali.

"Mau mampir istirahat ke rumah dulu atau ke rumah Chandradinata langsung?" Tanya Arka, menoleh ke belakang saat mereka berhenti di lampu merah.

"Ke rumah mereka. Aku mau beresin secepatnya." Jawab Gladys, Arka mengangguk.

Dan dengan bergandengan tangan yang sedetikpun tidak terlepas, Gladys dan Anka memasuki rumah Chandradinata setelah sekian lamanya. Anton melirik adiknya, namun tidak tersenyum. Leo hanya menoleh sejenak sebelum kembali menunduk, Anton sudah memakinya sejak dua jam belakangan, ia sudah kenyang dengan semua cacian.

"Are you out of your mind?!" Tanya Gladys kepada Leo yang sama sekali tidak mengindahkannya. "Segitunya kamu mau mengacaukan hidup aku, Le."

Leo akhirnya menatap mantan kekasihnya. "Aku masih sayang sama kamu, Dys. Dan aku mau kita ada lagi."

"Le, kita putus karena kedua orang tua kamu. Terus kenapa tiba-tiba tercetus ide gila kayak gitu? Mau kamu apa sih, Le? I just wanna live in peace for once, goddamn it." Gladys mengusap kepalanya sedikit frustasi, pandangan Leo mengarah ke Anka. "Dan jangan bawa-bawa Anka ke dalam urusan kita."

"Kamu belok karena dia, Dys! Dia udah menyesatkan kamu!" Leo berdiri, Anton menahan tangannya. "You deserve the world! And I sure as hell can give you the world you deserve!"

"Aku sayang sama Anka dan nggak ada satupun yang bisa mengubah itu apapun pendapat orang lain tentang kita!" Gladys meraih tangan Anka, menggenggamnya erat. "Aku bahagia sama dia, Le! Dan kamu nggak bisa seenaknya bikin drama buat mengacaukan hidup aku."

"Berita tentang kamu sama dia udah kesebar, Dys! I did this for you!" Ujar Leo ngeyel. "Kamu nggak malu pandangan orang ke kamu gimana, ke seluruh keluarga besar Chandradinata gimana? Ini semua demi kamu, Dys. Demi nama baik kamu!"

"Aku? Nama baik aku?" Gladys mencemooh. "Aku nggak peduli pandangan orang lain ke aku mau gimana, Le. Dan kamu yakin ini semua demi aku? Bukan demi nama Chandradinata yang agung? Oh, ayolah. Aku tahu gimana cara ini bekerja. Aku nggak bodoh, Le. Dan kamu nggak cukup pintar buat mengelabuhi aku."

"Dys." Leo mendekat, Gladys mundur selangkah mendekati kekasihnya. "Let's talk."

"Nggak. Aku nggak mau ngomong sama kamu dan kegilaan kamu." Ucapan Gladys membuat Leo lagi-lagi berjalan mendekati mantan kekasihnya.

Namun kini tangan Anka menahan dada pria itu. "Dia kalau nggak mau jangan dipaksa."

"Tahu apa kamu?" Leo memandang Anka dengan sengak. "Cuma aku yang bisa memaksa dia walau mulutnya dia bilang enggak. Cuma aku yang bisa membuat dia mau." Leo kini mendekat ke arah Anka, berbisik. "Dan cuma aku yang tahu nikmatnya dia, hangat di dalam tubuhnya pas nyodok dia sampai mentok."

Daily Adventures of Anka and Gladys (gxg) (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang