Selama dua minggu perawatannya, waktu terasa berjalan sangat panjang bagi Casphia. Tubuhnya masih mencari tenaga dan perlahan belajar menyesuaikan diri setelah ia sadar kembali.
Pagi itu, dokter masuk ke kamar dengan senyum kecil. "Kalau nggak ada keluhan baru, kamu boleh pulang hari ini," katanya.
Casphia mengangguk. Bahunya sudah jauh lebih baik, meski masih nyut-nyutan kalau ia bergerak cepat. Napasnya juga sudah normal dan selang oksigen dilepas beberapa hari lalu.
Hector kembali ke kamar setelah menaruh tas di bagasi mobil. Saat itu, Casphia sedang merapikan barang-barangnya.
"Ready to go home, baby?" tanya Hector pelan. Matanya tidak berhenti mengawasi gerakan Casphia.
"Ready," jawab Casphia lirih sambil menutup tas. Tangan kirinya bergerak pelan karena bahu kanannya masih sensitif. Kakinya juga belum terlalu kuat, walau dokter bilang ia boleh pulang.
Hector mendekat dan mengambil tas itu. "I'll carry this."
Casphia membiarkan Hector membantunya. Ia menghela napas pendek dan berdiri. Kepalanya terasa normal, tetapi lututnya belum kuat. Saat ia mulai berjalan, lutut kanannya tiba-tiba goyah. Hector segera memegang pinggangnya.
"Hey, slow down. I got you."
Casphia mendecak kecil. "Aku nggak pusing, kok. Cuma kakinya belum kebiasa dipakai jalan."
"I know," kata Hector. "But I still don't want you to fall again."
Casphia menghela napas. "Aku gapapa, Kai. Cuma efek kelamaan nggak berdiri."
"Still, let me hold you," ucap Hector lembut sambil mengulurkan tangan.
Casphia meraih tangannya tanpa ragu. Dengan begitu, ia bisa melangkah lebih tenang dan bebas dari nyeri yang muncul begitu saja.
Mereka berjalan pelan menuju lift. Setiap beberapa langkah, Hector menoleh memastikan Casphia baik-baik saja. Casphia berusaha berdiri lebih tegak supaya tidak terlihat terlalu lemah.
Saat lift terbuka, mereka masuk. Suara mesinnya terdengar jelas. Casphia bersandar sebentar karena tubuhnya masih menyesuaikan diri.
"Kalau capek bilang, ya. Or I can carry you," kata Hector, memperhatikan Casphia yang sedikit membungkuk.
"I'm fine. Cuma belum kebiasa jalan jauh," jawab Casphia. "Kaki kanan masih bisa diajak jalan, cuma belum kuat aja."
Hector mengangguk. "Normal itu. Yang penting jangan maksa."
Lift berhenti di lantai dasar. Pintu terbuka, udara luar langsung terasa. Rasanya jauh lebih segar dibanding bau disinfektan yang menemaninya selama dua minggu terakhir.
Hector tersenyum tipis. "Feels good, right?"
"Better than I expected," jawab Casphia, mengangguk pelan.
Mereka berjalan ke pintu utama rumah sakit. Pintu otomatis terbuka, memperlihatkan halaman kecil dengan pasien-pasien yang duduk menikmati matahari. Casphia melihat sebentar, merasa aneh melihat suasana begitu normal, sementara ia baru keluar dari situasi yang hampir merenggut nyawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introverts to Extroverts
Teen FictionCassia adalah gadis pendiam dengan trauma masa lalu yang membuatnya sulit mempercayai orang. Namun, hidupnya berubah saat ia tiba-tiba terbangun di dunia yang asing. Bukan ruang kelas sekolah barunya, melainkan ruang kelas perkuliahan yang sama sek...
