li. links

750 60 7
                                        

Begitu pintu ruang VVIP terbuka siang itu, tidak ada yang langsung bersuara. Bukan perawat. Bukan dokter. Bukan juga Agnes atau Giselle.

Yang muncul justru Hector, Hailey, dan Helena. Mereka masuk perlahan, dan suasana ruangan otomatis berubah sedikit lebih tegang.

Helena datang dengan tampilan sederhana. Rambutnya dibiarkan tergerai lurus tanpa banyak gaya. Ia duduk di kursi roda meskipun tubuhnya belum pulih sepenuhnya. Tidak ada sedikit pun kesan lemah dari cara ia datang.

Casphia diam saja. Ia hanya menatap Helena tanpa berkata apa pun. Helena juga tidak terlihat ingin memulai lebih dulu. Keduanya membiarkan hening itu bertahan.

Sudah tiga hari sejak Casphia sadar dari koma, dan hari ini ia langsung berhadapan dengan adik dari pacarnya sendiri. Dari cara Helena menatapnya, Casphia bisa merasakan kalau gadis itu sedang menilai siapa dirinya sebenarnya.

Mereka belum pernah bertemu, tetapi jelas sudah pernah mendengar tentang satu sama lain.

Helena tidak tampak marah. Wajahnya datar dan tenang, tapi tatapannya terasa tajam seolah sedang membaca lebih dalam dari apa yang Casphia tunjukkan. Tidak perlu banyak kata dari Helena untuk membuat suasana menjadi berat.

Kepribadiannya berbeda jauh dari Hector dan Hailey yang lebih hangat dan mudah berkomunikasi. Helena punya aura dingin dan penuh kehati-hatian, seperti seseorang yang selalu memikirkan dua langkah ke depan sebelum bicara. Dari auranya saja, Casphia tahu kenapa orang bilang Helena mirip sang ayah.

Helena akhirnya membuka suara terlebih dahulu. Suaranya pelan, datar, tapi jelas. “Kayaknya kita punya musuh yang sama, ya?”

Casphia mengangkat sedikit alisnya. Cara Helena bicara tidak agresif, tapi jelas bukan basa-basi.

Yeah. Kayaknya begitu,” jawab Casphia santai, bibirnya terangkat tipis. “Since gue berhasil dapetin kakak lo.”

Helena tidak langsung menanggapi. Tatapannya menelusuri Casphia dari ujung kepala sampai kaki, bukan curiga, tapi seperti sedang menilai sesuatu. Casphia tidak kalah tenang. Ia membalas tatapan itu dengan cara yang hampir sama.

“Tenang aja,” ucap Casphia datar. “Gue bukan tipe yang nyari masalah duluan. Dan yang mulai juga bukan gue.”

Helena masih diam. Tatapannya bergeser ke Hector yang sejak tadi cuma menghela napas, tampak geli.

Stop interview pacar gue, Len,” ujar Hector sambil duduk di sisi Casphia. Ia mengambil sepotong apel dari piring dan menyuapkannya tanpa pikir panjang. “Gue bawa kalian ketemu di sini karena kita harus mulai mikirin langkah. Kita semua tau siapa masalahnya.”

Helena memutar mata pelan, sedangkan Hailey menahan tawa kecil, menepuk pundak putrinya. “Gak usah serius-serius amat, dek. Cepat atau lambat, kalian juga bakal jadi keluarga.”

Pipi Casphia langsung memanas. Ia menunduk sedikit, menahan senyum canggung. Helena hanya mendengus pelan, tak membantah.

Beberapa detik hening lewat. Tanpa Agnes dan Giselle di ruangan, suasananya terasa lebih sunyi, sedikit kaku.

Helena akhirnya bicara lagi, kali ini lebih tenang. “Gue udah kasih tau Mommy sama Kai,” ucapnya pelan. “Soal cewek yang bikin gue koma bertahun-tahun itu.”

Introverts to ExtrovertsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang