4

898 92 3
                                    

Disinilah mereka sekarang, Air Terjun Rhein, yang terletak di perbatasan antara Schaffhausen (SH) dan Zurich (ZH). Antara Kota Madya Neuhausen am Rheinfall (SH) dan Laufen-Uhwiesen/Dacshen (ZH), bersebelahan dengan kota di utara. Bersebelahan dengan Kota Schaffhausen di Swiss Utara.

Pemandangan yang sangat menyejukkan hati dan memanjakan mata. Mereka semua berjalan mencari tempat untuk duduk dan beristirahat. Karena memang disekitaran Air Terjun Rhein ini tidak terlihat adanya tempat makan seperti kafe atau tempat jajanan lainnya. Tapi yang ada justru Alam yang masih terlihat alami.

"Duduk sini aja ya", Azizi bersuara. Saat setelah sampai ditempat yang dirasa bisa buat berteduh dari tetesan embun salju didekat pohon besar yang dibawahnya terdapat tumpukan bebatuan besar. Mereka sama sekali tidak membawa peralatan yang cocok untuk tempat seperti ini. Bermodalkan Google Maps dan hasil Searching di internet. Ya disnilah mereka sekarang. Dengan keadaann cuaca yang sangat tidak mendukung mereka keluar dari mobil dan langsung merasakan sensasi dinginnya menusuk sampai ke urat nadi.

Tak lama hanya beberapa menit mereka betah di luar sana dan akhirnya langsung masuk kembali kedalam mobil. "Huuftt Dingin mak", Adel bersuara saat setelah mendudukan pantatnya dikursi mobil. Pukul sudah menujukan 12.00 waktu Swiss. Setelah semuanya duduk dikursi masing-masing, barulah Ara menjalankan mobilnya. Sepertinya mereka akan mencari tempat makan terlebih dahulu.

"Makan dimana ni?", Suara Ara terdengar. "Apa aja deh, yang deket-deket sini aja gua kayaknya bentar lagi resek deh kalo gak langsung makan", jawab Adel dengan santainya, membuat Ara terkekeh pelan. "Kayaknya 10 km depan lagi ada tempat makan Ra kalo diliat dari Maps", Azizi bersuara, " Oke", Balas ara singkat.

Tampaknya Chika sedang dalam Mode Pesawat, terlihat dari saat awal dia duduk dikursi depan ini sampai sekarang tidak ada suara yang terdengar dari mulutnya, hanya ponsel saja yang di genggamnya dari tadi dan sesekali melihat kearah layar itu.

Sudah sampai ditempat tujuan untuk makan, tidak perlu di perintahkan turun, kalau soal makan semua nomor 1. Semua turun meninggalkan mobil, tidak terlihat grasak grusuk seperti tadi kalau untuk kondisi saat ini sangat damai dan tentram.

Mereka mencari meja yang kosong. Setelah sampai dan duduk, memanggil pelayan dan memesan makanan serta minuman. Setelah semua giliran sudah pesan, Ara merasa ada yang kurang. Ah ternyata Chika tidak ada diantara mereka.

Ara menyadari itu begitu pun teman-temannya. "Eh bentar, Chika gak ada, mana dia?", Ashel bertanya. " Lah iya, masa gak ada yang sadar?", Adel ikut bicara. " Lo juga gak sadar ya", balas Azizi. Mereka terlihat panik. "Biar gua aja, gua cari di mobil dulu". Ara beranjak pergi menuju parkiran mobil mereka tadi yang lumayan jauh.

Mungkin saja Chika tersesat karena tadi ketika mereka mau turun Ara sempat melirik ke arah Chika yang telihat malas-malasan saat hendak bangun. Dan mungkin saja langkahnya tertinggal dibelakang. Ara sampai di mobil dan melihat pintu depan mobil sedikit terbuka.

Ara membuka pintu lebih lebar dan melihat Chika membungkuk seperti mencari sesuatu. "Lo ngpain?", Ara bertanya. Chika yang kaget memegangi dadanya. "Lo yang nagapain? ngagetin tau". Ara memundurkan badannya kebelakang yang sempat maju kedepan untuk melihat Chika yang sedang apa, Ara juga ikut kaget dengan bentakkan Chika.

"Ngapain", Ara bertanya lagi. "Itu", Chika menggaruk hidungnya, "Itu apa?", tanya Ara lagi. "Gue cari minyak angin tadi, gak tau dimana jatuh atau apa", masih dengan celingak celinguk mecarinya. Ara memerhatikan Chika sesaat, gara-gara minyak angin membuat dirinya kesusahan seperti ini. " Tadi tarok mana", Ara bertanya kembali. "Kalo gue tau, gue gak nyari kaya orang bego kayak gini". Jawab Chika ketus.

Ara memutar langkah menuju pintu depan sebelahnya. Masuk dan juga ikut mencari. "Cari nanti aja lagi kita makan dulu, udah pada pesen juga mereka", ucap Ara. "Lo duluan aja gue nanti nyusul, gak enak badan gue kayaknya". "Tadi katanya gak kenapa-napa?" Chika melirik sekilas Ara, "itu tadi, sekarang lain lagi, "hmm", Ara hanya bergumam. "Udah balik aja sana makan duluan". Ara tidak menghiraukan ucapan Chika.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang