17

780 76 3
                                    

Setelah mengganti bajunya dengan pakaian yang Chika beri kini Ara duduk di sofa ruang tv Chika. Menunggu Chika yang entah sedang apa di kamarnya.

Ara masih menunduk menutup wajahnya dengan ke dua telapak tangannya. Kalau di pikir pikir lagi dengan apa yang telah di perbuat beberapa saat lalu dia benar benar ingin kabur dari sini. Sangat malu sekali dirinya, ya ampun apa yang telah dirinya lakukan.

Terdengar pintu yang terbuka ternyata Chika keluar dari kamarnya dengan satu stelan piyama yang telah melekat di tubuhnya. Ara meliriknya sesaat kemudian dengan cepat menunduk lagi dan menutup wajahnya.

Chika sempat melihat tingkah Ara barusan itu tersenyum geli. Dibalik wajah Ara yang dingin dan cuek itu ternyata terdapat sifat yang membuat Chika gemas sendiri.

Chika duduk di sofa yang Ara tempati juga. Memandang Ara yang kini masih menunduk itu. Menelisik perempuan yang baru saja berapa saat lalu menyatakan perasaan padanya. Chika dengan debaran yang masih sama seperti tadi itu sangat pandai dia tutupi.

Bagaimana mungkin dirinya baru saja di tembak oleh seorang perempuan. Apa ini? kenapa begitu berbeda dengan pernyataan suka yang pernah dia dengar dari mantan laki lakinya yang lalu.

"Ara-Chika". Mereka memanggil secara bersamaan. Tapi lebih dulu Ara yang melanjutkan perkataannya setelah lama saling diam.

"Aku balik dulu, makasih bajunya, besok aku balikin". Ara berdiri hendak pergi namun di cegat Chika dengan memegang pergelangan tangan Ara.

"Masih hujan Ara, nanti aja kalo udah reda". 

"Gak apa apa Chika, aku naik mobil". Tersenyum seraya melepas lembut genggaman Chika itu dan mulai melangkah keluar.

"Dengerin aku dulu Ara ada yang mau aku bilang". Chika masih menahan Ara supaya bisa mendengar ucapannya.

Ara tersenyum lagi. "Gak apa apa Chika aku udah tau". Dan terus melangkah hingga sampai di ambang pintu suara Chika terdengar lagi.

"Tau apa kamu isi hati aku?". Chika berkata agak keras. Ara terdiam menarik napasnya dalam dan berbalik menatap Chika.

"Gak usah di paksain, aku gak apa apa, santai aja dan maaf sekali lagi". Kemudian tak terlihat lagi dibalik pintu yang sudah ditutup itu.

Chika menghembuskan napasnya. Kenapa dengan Ara? bahkan belum sempat dia menjawab Ara main pergi begitu saja. Chika kesal sekaligus bingung dibuatnya.

Tak lama ponsel Chika berdering. "Apa". Seru Chika tidak santai.

"Eh santai dong, pms lo?". Olla di seberang sana menghubungi Chika malam ini saat suasana hatinya lagi sedang tidak baik baik saja.

"Ngapain Ara tadi samperin lo?". Terdengar Olla yang mulia penasaran.

"Gak ngapa ngapain, kepo lo". Jawaban Chika sangat terlihat malas.

"Ah elahh, gue lo kibulin. Tadi jalan kan lo sama Ara terus dia nembak lo?". Tebak Olla.

Chika melototkan matanya bagaimana Olla bisa tau itu. "Tau dari mana lo?".

Terdengar tawa yang sangat keras di seberang sana. "Beneran Chik? padahal gue cuma nebak aja tadi anjr". Masih sangat jelas terdengar suara Olla yang tertawa terbahak bahak di seberang sana.

Chika menutup matanya dan sangat malu. Bisa bisanya dia bicara seperti mengiyakan perkataan Olla tadi. Dasar Olla memang sangat pintar memancing seseorang.

"Sialan lo ya La, gak percaya gue lo cuma nebak nebak aja, lo ngikutin gue tadi kan? ngaku gak lo".

Terdengar lagi tawa yang mulai mengecil di ujung sana. "Gue udah ada kerjaan, ngapain gue nambah nambah kerjaan buat ngikutin lo. Jangan panggil gue Shef Olla kalau gue gak tau apa apa tentang lo". Masih dengan tawanya yang mulai mereda.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang