24

930 80 7
                                    

Terdengar dering ponsel di sebuah tas yang tergeletak di lantai sebuah Dance Studio.

"Kenapa dek?". Nafas Ara terdengar ngos ngosan, ya karena baru saja dia menggerak gerakan tubuhnya kesana kemari sangat lihai dan sangat lentur.

Namun tak lama panggilan itu mati. Ara menatap sebentar ponselnya mengangkat bahunya dan berdiri melanjutkan lagi latihan. 1 jam berlalu Ara yang sudah tinggal sendiri di dalam sana memilih melangkah kan kakinya masuk kedalam kamar ganti. 

Ara ingin mandi dan berganti pakaiannya. Membuka loker dan mencari sepasang baju dan celana di dalam sana.

Dirinya tersentak reflek berbalik ingin melayangkan pukulan pada pelaku yang memeluk dirinya itu.

"Chika!". Ara kaget, dan langsung memeluk kepala Chika dan mencium pucuk kepalanya.

"Kamu ngapain disini? Jangan gitu lagi, hampir tadi aku pukul kamu, aku kaget ada yang meluk tiba tiba, aku kira siapa, maaf". Ara masih memeluk kepala itu dengan sayang.

Chika menatap mata Ara dan terdiam melihat perlakuan Ara ini. Masih saja dirinya deg degan dengan semua perlakuan manis Ara. Chika merasa dirinya begitu dijaga olehnya.

"Kenapa manis banget sih kamu". Chika tersenyum sambil mencubit gemas pipi Ars.

"Apasih, jangan gitu kamu". Ara memalingkan pandangannya ke arah lainnya. Wajahnya kini memerah.

"Ih pacar aku salting". Chika mencolek ujung hidung Ara.

Ara berdehem. "Ngapain kesini? Kok tau aku disni?". Ara merapikan rambut Chika yang menutupi wajahnya.

"Apa yang gak aku tau tentang kamu, heum?". Masih memandangi Ara yang kini penuh dengan keringat. Bahkan tubuh Chika kini sudah ikut basah oleh keringat Ara sangking menempelnya tubuhnya dengan tubuh Ara

"Lepasin dulu, aku basah banget ini, bau lagi". Ara memegang kedua bahu Chika ingin mendorongnya pelan tapi Chika malah semakin mengeratkan jari jemarinya di pinggang Ara yang tadi mulai memeluk Ara.

"Emang kenapa sih?". Chika mencondongkan wajahnya mencium sekitar leher Ara. "Wangi kok, aku suka bau keringat kamu". Chika semakin senyum senyum tidak jelas.

Ara menelan ludahnya. "Kamu jadi basah sayang gara gara aku, tuh depan kamu basah kena keringat aku".

Chika mengedipkan sebelah matanya pada Ara. "Aku pernah lebih basah dari ini tau, gara gara kamu juga".

Ara mendengar ucapan Chika barusan tersedak terbatuk pelan, memalingkan lagi wajahnya ke samping. Dirinya sudah gerah jadi tambah gerah kan sekarang. Chika mulai berani menggodanya.

"Aku udah tiga hari gak ketemu kamu, aku kangen tau". Chika cemberut. Mereka sudah tiga hari tidak berjumpa. Ara benar benar sibuk mengalahkan kesibukan orang nomor satu di negeri ini.

"Sayang awas dulu, aku gerah banget, mau ganti baju aja".

"Bentar dulu sayang. Aku mau gini dulu sama kamu". Chika menatap dalam dalam mata Ara.

"Kamu sudah lebih membaik sekarang?". Chika menanyakan keadaan Ara.

Ara mengangguk.

"Gak nangis nangis lagi kan?".

Ara mengangguk lagi.

"Makasih sudah mau bertahan". Chika mengusap sayang wajah Ara.

Ara tersenyum. "Iya Chika, terimakasih juga sudah mau ada di samping aku".

Chika tersenyum, seraya berjalan lebih dekat ke arah Ara menghimpit tubuh itu hingga Ara tersudut di loker yang ada dibelakangnya.

"Chika kamu kenapa?". Kini jantung Ara berkerja lebih cepat dari biasanya.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang