23

746 75 7
                                    

"Sayang aku pake baju apa?". Suara Ara terdengar dari seberang sana.

"Apa aja yang kamu pake kamu tetap pacar aku". Chika kini telah bersiap siap untuk sidang skripsi nya. Ya hari ini Chika sedang berjuang untuk gelar sarjana nya.

"Kalo aku gak pake baju tetep pacar kamu juga?". Terdengar lagi suara Ara di ujung sana. Saat ini Ara telah menghamburkan isi lemarinya hanya untuk memilih baju yang keren untuk menghadiri acara sidang skripsi kekasih bidadarinya.

"Iya Ara". Terdengar sedikit ribut di tempat Chika berada. Ya, karena banyak mahasiswa juga yang mondar mandir mempersiapkan bahan skripsi mereka.

"Sayang, kamu mau malu maluin aku ya?". Terdengar suara Ara merengek di sana. Tidak pantas memang Ara di sebut kakak, cocok nya dipanggil bayi besar yang berbulu.

"Pake baju gak pake baju kamu tetap malu maluin Ara". Setelah nya Chika tertawa dengan ucapannya.

"Jahat banget kamu sayang, Aku nangis nih".

"Coba aja, coba kalo berani, aku mau dengar". Nada bicara Chika mulai terdengar datar.

"Enggak sayang, aku bercanda tadi. Yaudah aku pake apa aja ya, gak papa kan? aku gak di marahin?".

Terdengar decakan dari Chika. "Ck, Siapa yang berani marahin kamu?".

"Iya iya enggak. Udah siap ini. Aku otw ya".

"Iya sayang, hati hati. Jangan tengil di jalan". Chika memperingatkan Ara, Karena cukup sering Chika mendapati Ara yang ngebut di jalan.

"Yaudah aku tutup, oh sayang-". Ucapan Ara terhenti sebentar.

"Kenapa Ara?". Chika masih setia menunggu Ara bicara, meski disekitarnya orang lain sibuk dan dirinya juga sangat gugup sekarang sambil menunggu giliran di panggil. Tetapi suara Ara bisa menenangkan kegelisahannya.

"Ada mama kamu?". Ara bertanya mengigit bibir bawahnya.

"Ada, kenapa? Kamu datang kan?". Tidak ada jawaban dari Ara di seberang sana.

"Sayang kamu kenapa? Kamu datang kan?". Chika sampai bangun dari kursinya dan menjauh dari ruangan tersebut.

"Iya Chika datang". Ara duduk di kasurnya seraya mengembuskan napasnya.

"Kenapa gak panggil sayang? Nada bicara kamu juga gitu". Chika bisa merasakan perbedaan dari Ara.

"Gak kenapa napa sayangku". Yaudah aku gerak sekarang, aku tutup ya, Love u". Panggilan ditutup Ara.

"Love u to". Chika menatap ponselnya yang telah mati. Dia tau pasti Ara merasa tidak nyaman. Bagaimana jika mamanya nanti berkata kata yang tidak tidak lagi untuk Ara. Chika memejamkan matanya melepaskan napasnya. Takut nanti dirinya tidak fokus.

Ternyata Ara terlambat 30 menit. Tiba tiba tadi ban mobilnya kempes entah kenapa. Ara dapat melihat Chika yang telah di kerumuni oleh teman temannya dan juga mama dan siapa itu di sana?. Rian, laki laki itu juga datang kesana. Ara meremas bucket bunga dan bingkisan yang dibawanya untuk Chika.Tiba tiba saja dadanya terasa sesak.

Chika mengarahkan pandangnya ke sembarang arah. Saat matanya menangkap sosok Ara yang berdiri di ujung sana, Chika tersenyum dan memanggil Ara.

"Ara, sini". Ara berlari kecil menghampiri Chika.

Setelah sampai ke hadapan Chika, Ara langsung memberikan bunga dan paper bag bawaannya. "Selamat Chika, semoga bermanfaat ilmunya". Ara tersenyum sangat tulus. Chika sangat Cantik hari ini. Dengan kebaya yang menempel pas di tubuhnya. Oh tidak, tidak hanya hari ini kekasihnya itu cantik setiap hari bahkan setiap detik.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang