37

964 101 8
                                    

"Aku baru sampe kantor, sayang". Ucap Ara tengah meletakkan tasnya di atas meja, yang memang baru sampai di kantornya.

"Kamu di apartment aja kan?". Giliran Ara yang menanyakan Chika.

Chika mengangguk meski Ara tak dapat melihatnya.

"Kenapa Chika?". Tanya Ara lagi saat tidak mendengar jawaban dari Chika.

"Gak kenapa napa Ara". Ucap Chika terlihat lesu.

"Kamu ngapain sayang?". Ara bertanya seraya mendudukkan pantatnya di kursi singgasananya.

"Lagi rebahan dikamar, Aku bosan Ara". Jawab Chika lagi seraya berdecak kesal.

Bagaimana tidak, Ara tidak mengijinkan Chika keluar Apart dulu setelah balik dari Rs kemarin. Berarti terhitung sudah 2 hari Semenjak Chika keluar dari Rs dirinya berdiam diri di apartment nya.

Ara tersenyum. Chika cukup cerewet semenjak sakit. Itu juga karena ulahnya. Lagi lagi rasa penyesalan itu hinggap di diri Ara.

"Tunggu minggu depan aku samperin kamu kesana lagi, ya". Ara berucap seraya melihat ke depan ruangan nya, pintu yang terlihat terbuka. Siapa gerangan itu?.

"Lama banget". Chika menekuk bibir kebawah. "Aku aja mending yang kesitu ya?". Tawar Chika.

Merasakan tak ada tanggapan dari Ara, Chika jadi penasaran. Sedang apa Ara? Kenapa terdiam?.

"Ara". Chika mencoba memanggilnya.

Terdengar ada suara perempuan dari dekat Ara. Siapa itu? Chika menaiki sebelah alisnya.

"Om Agus tanyain kamu". Ucap seseorang itu. Chika bisa mendengar jelas dari arahnya.

Ara berdehem. "Ada apa?". Tanyanya.

"Kurang tau juga aku, Ara. Biar lebih jelas kamu kerumahnya aja.". Terdiam sesaat terus melanjutkan lagi ucapan.

"Mau aku anterin?". Ucapnya lagi.

Chika sedikit tidak nyaman mendengarnya. Siapa perempuan itu? Mengapa cara mereka mengobrol terlihat akrab.

Chika masih mendengar percakapan mereka. Menyimak dengan teliti. Tak terdengar lagi suara tapi hanya terdengar langkah kaki.

Tiba tiba suara seperti barang yang jatuh terdengar, Chika tau itu, seperti ada sesuatu yang jatuh.

Seseorang itu mendekati Ara tanpa kata apapun memegang kedua pundak Ara tiba tiba. Ponsel ditangan Ara jatuh le lantai begitu saja. Perempuan itu menyandarkan kepala di atas bahu Ara.

"Ara". Panggilnya.

Chika ditempatnya sudah meremas ponsel nya sendiri. Dia tau suara siapa itu. Tebakan nya pasti benar.

"Apa yang kamu lakukan, Fiony?". Ucap Ara penuh penekanan.

"Aku cuma rindu Ara". Jawab Fiony dengan keningnya masih dia sandarkan di pundak Ara.

Ara hendak menjauh tapi Fiony menahannya. "Cuma disini aku bisa ketemu kamu". Ucap Fiony yang mengangkat kembali kepalanya dan menatap Ara.

"Hari ini aku gak ada jadwal apa2 sama kamu". Ara berbalik melangkah kemejanya semula.

"Udah aku bilang, ini karena aku kangen kamu". Fiony masih berdiri tegak di depan Ara.

"Terus?". Ara menatap datar Fiony.

"Aku cuma mu ngobro-".

"Ini kantor, jika bukan soal pekerjaan lebih baik kamu keluar dulu". Tekan Ara. Dia tidak mau meladeni siapapun itu yang berbicara hal pribadi di dalam ruangannya.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang