26

1.1K 86 7
                                    

Pagi yang cerah dan sedikit mendung membuat dua orang masih betah bergulung di dalam sebuah selimut yang dibagi dua. Setelah banyak bercerita tentang kehidupan masing masing mereka tertidur bersamaan.

Dering ponsel memecah kesunyian dalam kamar itu. Chika terjaga lebih dulu, mendengar dari arah mana dering ponsel itu berasal .Mengetahui suara tersebut berasal dari ponsel Ara, Chika mengusap pelan pipi Ara yang kini masih merangkul perutnya.

"Sayang". Chika mengusap pelan pipi Ara. Tidak ada respon dari Ara.

"Ara, itu hp kamu bunyi terus dari tadi, di angkat dulu siapa tau penting".  Ucap Chika yang kini sudah berlih menepuk nepuk pelan pipi Ara itu.

"Angkat aja sayang". Ara berucap tapi matanya masih enggan untuk di buka.

Chika bangun meletakkan kepala Ara di bantal berjalan menuju nakas dimana ponsel Ara berada. Chika mengerutkan kening. Sebuah nomor yang tidak di beri nama, sepertinya Ara belum menyimpan nomor tersebut.

"Sayang ini nomor baru, gak ada namanya, yakin aku angkat?". Chika masih segan untuk masuk ke ranah pribadi Ara. Padahal Ara telah mengizinkan Chika.

Ara langsung terperanjat dari tidurnya saat Chika berkata seperti itu, bangkit dari ranjang dan langsung menghampiri Chika dengan tergesa gesa.

Ara merebut pelan ponselnya di tangan Chika. "Maaf sayang, teman kerja aku ini, belum aku save karena banyak banget nomor dia gonta ganti".

Chika hanya mengangguk. Ara berjalan sedikit lebih jauh dan berdiri di balkon apartemen Chika.

Chika sendiri memilih melangkah kan kakinya menuju kamar mandi. Chika membasuh wajahnya kemudian menatap dirinya di cermin. Mengingat kembali apa yang telah terjadi pada dirinya. Dia bisa dengan mudah tergiur pada Ara. Yang sebelumya dirinya menyukai laki laki, sekarang jadi tidak tertarik pada mahkluk berjenis kelamin itu.

Apa benar Ara membawa pengaruh buruk pada dirinya? Seperti yang mamanya katakan. Chika mengelengkan kepalanya. Dengan sadar dirinya mengakui yang terjadi sekarang murni dengan kemauan dirinya. Tidak ada hasut menghasut tidak ada yang namanya pengaruh buruk. Kalau di bilang salah berarti mereka berdua salah. Tidak ada salah hanya di sebelah pihak saja. Tidak akan terjadi bila tidak ada sambutan dari dirinya sendiri. Chika berjanji akan menerima segala konsekuensinya.

Ara balik dari balkon melihat tidak ada Chika di dalam kamar itu. Mendengar suara gemercik air dari dalam kamar mandi mengetahui siapa pelaku itu dan berlalu dari sana menuju dapur. Ara ingin membuat sarapan untuk mereka berdua.

Terdengar suara kaki melangkah ke arah dapur. Ara menoleh kebelakang melihat kekasih cantiknya itu sudah cantik dengan pakaian santainya. Ara  sampai tidak mengedipkan matanya barang sedetik pun.

"Cantikku". Ara meninggalkan sebentar masakannya di dapur untuk menghampiri Chika. Mencium sebentar pipinya.

Chika tersipu, pipinya merona. "Bentar ya, aku lagi buat nasgor, Cantikku duduk aja jangan coba coba kemari". Ara tersenyum dan berjalan kembali menuju dapur.

Chika memandangi punggung tegap yang membelakanginya itu. Ada harapan besar disana saat dia melihatnya. Semoga mereka selalu bisa bersama sampai kapan pun.

"Enak gak?". Pertayaan pertama Ara saat melihat Chika memakan suapan pertama nasi gorengnya.

"Enak banget". Chika mengunyahnya dengan sangat lahap. Ara tersenyum. Dia berharap agar selalu bisa ada di samping Chika memasak makanan untuknya dan juga bisa menjaganya.

Suara ponsel terdengar lagi. Dan lagi dari ponsel Ara. Tertera nama "Adek" disana. Christy menelponnya. 

"Kenapa dek?". Ara bertanya dengan nasi yang masih di dalam mulutnya. Diseberang sana terdengar suara Christy yang tidak jelas dan terdengar juga suara orang orang yang sepertinya ramai.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang