"Long Time No See, Ms. Chika". Ucap Ara tanpa ekspresi. Tetapi suaranya begitu kecil sampai Mrs Clara di sampingnya saja tidak dapat mendnegarnya.
Ara masih menggenggam tangan Chika erat. Chika mematung ditempat. Rasanya ludahnya sangat sulit untuk tertelan. Tatapan Ara sangat terlihat beda.
"Sorry, apakah kalian sudah saling mengenal sebelumnya". Mrs Clara mengawali pembicaraan mereka.
Chika hendak menjawab namun urung saat melihat Ara menggelengkan kepalanya beberapa kali. Chika, dia rasanya mau pingsan melihat sikap ara sangat dingin dan acuh padanya.
Kenapa Ara menganggap mereka tak saling kenal, padahal nyatanya mereka pernah lebih dari kenal.
Ara seakan lupa padanya atau memang Ara benar benar sudah melupakannya. Chika tersentak dari lamunannya saat merasakan kosong di tangannya. Ara melepas jabat tangan itu.
Mrs. Clara tersenyum. Ara balik lagi ke tempatnya dan di susul Chika yang duduk di depannya bersama Mrs. Clara.
Suasa menjadi sangat canggung, hanya terdengar suara piring dan sendok yang saling beradu. Chika menunduk masih menikmati makanannya yang sudah tidak nikmati lagi. Semua yang di cicipinya malam ini terasa hambar dilidahnya.
"Giman Ms. Ara? apa yang membuat kamu jauh jauh terbang ke Swiss?". Tanya Mrs Clara lagi yang kali ini memecah suasana.
Ara mendongak menghentikan sebentar aktivitas makannya. "Saya hanya mencoba untuk berlibur, Mrs. Clara". Kemudian Ara lanjut dengan meraih gelas di sampingnya. Meneguk sedikit minuman itu dan beralih menatap depan. Tapi sama sekali tak menatap Chika.
Tatapan Ara tampak kosong. Hati dan pikirannya kini berkerja tak sejalan. Entah kenapa Ara sesak tiba tiba dalam duduknya.
"Ms. Ara kamu baik baik saja". Tanya Mrs. Clara yang melihat Ara memegang dadanya.
Chika menegakkan punggungnya mencoba mendongak sedikit wajahnya pada Ara yang sedari tadi dia tundukkan. Getaran itu masih hidup sepenuhnya untuk orang yang ada di depannya saat ini.
Ara dapat melalui masa tersulit dalam hidupnya. Itu membuat Chika sangat bersyukur sekaligus bahagia. Tanpa berharap banyak padanya, karena percuma Ara tidak akan pernah ingin kembali padanya. Yang terpenting melihat Ara yang kini terlihat baik baik saja sudah cukup bagi Chika.
"Saya baik2 saja Mrs. Clara". Ucap Ara yang menegakkan kembali punggungnya.
Chika makan dalam diam dari tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ini Ms. Chika, dia yang punya gedung Philosophy Fashion didepan. Hebat seperti kamu, masih muda tapi sudah dapat membangun lapangan kerja yang banyak untuk orang lain". Ucap Mrs. Clara
Chika yang mendengar namanya disebut sekaligus memujinya itu membaut Chika sedikit tidak enak. Ada rasa salah tingkah sendiri saat Chika mendengar itu.
Ara tidak menoleh pada Chika, hanya mengangguk saja kepalanya. Semakin membuat Chika tidak enak melihat Ara tidak ada respon sama sekali.
"Oh ya?". Tanya Ara kembali.
Chika langsung mendongak, Ara akhirnya bersuara.
Tatapan mereka bertemu. Ara masih menatap Chika membuat Chika lebih dulu menyudahi saling pandang itu.
Ara sangat irit bicara, seolah olah tidak ingin berbicara pada Chika. Cuma itu yang dia ucapkan membuat Mrs. Clara tersenyum kecil apalagi Chika yang sedikit melongo mendengar respon Ara.
Waktu telah menunjukkan pukul setengah 12 malam waktu setempat. Ara lebih dulu pamit untuk kembali ke hotelnya. Karena berhubung Ara disini hanya menginap di hotel dia tidak bisa lama lama keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE IS YOU (END)
De TodoDia periang tapi tidak senang, dia gembira tapi juga penuh luka. Hanya berbagi kisah bahagia tanpa kesedihan. Menceritakan kasih sayang yang penuh damba. Munafik? menutup kesedihan dengan kebahagiaan? Menunjukkan "Aku kuat aku bisa, ya aku mampu...