46

1.8K 112 14
                                    

"Gue deg degan". Ara, sudah 20 menit dia berada di dalam kamar mandi. Hari ini tepat hari dimana dirinya akan melangsungkan pernikahannya dengan Chika di Jerman. Sesuai dengan rencana yang telah dia atur jauh jauh hari.

Dadanya berdebar bukan main. Padahal semalam dia telah mempersiapkan dirinya supaya tidak grogi dan gugup. Tapi tetap saja tubuhnya mengalami respon yang sebaliknya.

"Santai kawan". Ucap Zee yang senantiasa mendampingi Ara di dalam kamar mandi ini. Ara mendengus. Mana bisa gitu. Jantungnya berdetak sangat luar biasa dan sangat cepat.

Dengan memakai Tuxedo ditubuhnya sangat terlihat tampan namun tak menghilangkan kecantikannya sama sekali. Ara bisa terlihat tampan dan cantik dalam waktu yang bersamaan.

Gedoran diluar pintu kamar mandi mulai terdengar. "Gak mau nikah lo ya?". Tanya Adel yang telah ikut masuk kedalam kamar mandi juga.

Ara melotot. Apa apaan maksudnya tidak mau? Siapa yang tidak mau? Dia telah menunggu momen sakral ini bertahun tahun. Enak saja Adel bilang dia tidak mau menikah.

Ara masih mendelik Adel tak suka. "Mulut lo". Ucap Ara sedikit tak suka.

"Lo lama anjr. Ngapain sih? Simedi lo disini?" Tanya Adel lagi. Pasalnya diluar sana orang sudah berdatangan. Rekan kerja Ara dan Chika sudah hadir.

"Gue masih deg degan banget?". Terang Ara tak bohong.

Azizi tertawa, lucu melihat raut wajah Ara yang memerah dan sedikit bergetar.

"Udah gak papa, nanti bakal hilang sendiri rasa gugup lo itu".

Ara menarik pelan nafasnya dan di hembuskannya juga secara perlahan. Dia jujur tidak sabar tapi juga sangat gugup.

Ara keluar dan berjalan menuju altar di dampingi sahabatnya. Ara semakin gugup saat melihat orang yang sangat banyak di depannya ini. Siapa yang mengundang orang sebanyak ini? Dia bingung sendiri.

Berdiri dengan tangan saling menggenggam seraya meremasnya pelan.

Disampingnya kirinya kini telah berdiri Christy, keluarga Ara satu satunya yang masih tersisa. Dan di samping kanannya Ada Adel. Sementara Azizi berdiri di depan bergabung dengan yang lainnya. Menatap Ara di atas sana dengan perasaan terharu bahagia.

Tak lama dari ujung altar sana, terlihat Chika yang sudah berjalan pelan di dampingi Ashel dan Tantenya, Mama Freya.

Chika beberapa minggu ini memang sedang berkomunikasi baik dengan Tantenya itu. Dan hari ini, dengan permintaan Chika, Tantenya itu berada disini menjadi satu satunya keluarga yang hadir atas pernikahannya dengan Ara.

Sedangkan Mamanya, terakhir kali Chika mendapatkan kabar, Mamanya itu sedang dalam kondisi tidak baik baik saja di dalam penjara.

Hati Chika terenyuh. Meski dia sering mendapatkan perlakuam yang tidak baik dari Mamanya itu, Chika tetap mempunyai rasa sayang tersendiri untuk Mamanya. Dia berniat, selepas acara pernikahannya ini, ingin ke Indonesia, mengunjungi Mamanya. Ada rindu di hatinya yang paling dalam untuk Mamanya disana.

Jangan tanya Papa Chika bagaimana. Bahkan selama 10 tahun terakhir, dia tidak lagi mendengar kabar apa apa dari Papanya itu. Seakan akan bak di telan bumi, menghilang begitu saja.

Ara memandang Chika di ujung sana dengan baju pengantin yang menjuntai panjang ke belakang. Gaun berwarna pink soft itu sangat cocok dikulit putih bening Chika. Berjalan sangat anggun ke arahnya mirip seperti putri di negeri dongeng.

Ara menjepit kedua sisi pangkal hidungnya saat matanya mulai terasa memanas. Ara menengadah, takut ada air yang keluar dari kedua matanya itu.

Pandangan yang lurus ke depan dan kadang kadang menunduk itu sangat terharu saat melihat siapa yang ada di depannya ini.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang