36

1K 111 15
                                    

"Ara".

Ara tersadar dengan satu kali panggilan merdu yang memanggil namanya.

"Huum". Ara masih menyesuaikan penglihatannya dengan lampu yang temaram. Chika membangunkannya di jam 1 malam.

Hanya ada Ara dan Christy yang di dalam ruang inap Chika ini sementara yang lainnya Ara suruh pulang. Kasihan, terutama Ashel yang hampir 24 jam merawat Chika.

"Kenapa Chika?". Tanya Ara yang telah berhasil membuka lebar lebar matanya. Meski kondisi mulutnya yang tak henti menguap. Chika mengusap sayang kepala Ara yang telah dia bangunkan di tengah nikmatnya tertidur.

"Mau ke kamar mandi". Ucap Chika pelan takut membangunkan Christy yang sedang tertidur pulas di atas hambal berbulu nan empuk.

"Pipis, pup?". Tanya Ara lagi.

"Pipis". Bisik Chika telinga Ara.

Ara bangun dari duduknya menadahkan tangannya pada Chika. Ya, Ara sedari tadi tertidur di kursi yang beralaskan ranjang Chika sebagai bantalannya. Chika telah berulang kali menyuruh Ara tidur di samping adiknya tapi Ara tidak mau. Mau  temani Chika katanya yang gak boleh sendiri.

Chika menyambut uluran tangan Ara. Sebelah tangan Ara memegang tiang infus sebelahnya lagi memegang tangan Chika.

Berjalan perlahan sampai ke depan kamar mandi. Chika melangkahkan kakinya masuk kedalam sana. Disusul Ara dari belakang. Langkah Ara terhenti kala melihat Chika yang menoleh ke belakang dan juga menghentikan langkah kakinya.

"Kamu ngapain?". Tanya Chika menatap Ara.

"Kok ngapain? Ya mau temenin kamu". Jawab Ara seraya menutup mulutnya karena menguap.

"Diluar aja". Ucap Chika malu.

Ara mengerutkan keningnya tak suka. "Emang kamu mau ngapain?". Tanya Ara lagi seraya menatap lamat lamat wajah Chika.

"Cuma mau pipis aja". Kini wajah Chika telah memerah.

"Yaudah". Jawaban enteng Ara membuat Chika memelotot kan matanya. Yaudah katanya, terus dirinya buang air kecil di depan Ara?. Chika mengibas ngibaskan tangannya didepan wajah saat membayangkannya.

"Yaudah apa? Aku mau buang air kecil bentar, kamu keluar dulu". Ucap Chika yang terdengar seperti merengek itu.

"Pipis aja Chika". Ucap Ara datar sambil menyandarkan punggungnya di dinding.

"Atau mau aku cebokin sekalian?". Lanjutnya lagi membuat Chika langsung membalikkan badannya yang sudah sangat gerah.

Chika tidak tahan lagi. Membuka celananya setengah kemudian mendudukkan dirinya ke kloset. Tak menghiraukan tatapan Ara yang mencuri curi pandang padanya.

Chika selesai, seraya bangun dan mengenakan lagi celananya memegang sendiri infusnya dan  berjalan begitu saja melewati Ara.

"Mesum". Satu kata dari Chika itu mampu membuat Ara tersenyum di tempatnya. Mesum katanya. Ara menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah Chika yang terlihat lucu dimatanya.

Ara berlari pelan menyusul Chika dan merebut tiang infusnya. Padahal Sedikit lagi Chika sudah sampai di ranjangnya.

Chika naik ke ranjang dan berbaring sedikit lebih ke pinggir. Menepuk nepuk pelan sisi ranjang yang kosong di sampingnya.

"Kenapa?". Tanya Ara yang tidak paham.

Chika berdecak kenapa Ara jadi tidak peka begini. 

"Naik kesini, tidur disini". Jelas Chika.

Ara menggeleng. "Gak muat". Katanya.

Chika menutup matanya serta menarik nafasnya pelan.

"Muat, kasur ini besar, tidur disini aja, kalo gak sama Kitty aja disana". Jelas Chika lagi.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang