48

988 130 15
                                    

"Sayang". Teriak Ara dari lantai kamar mereka.

"Sayaaang". Panggilnya lagi.

"sayaaaaang ih". Nada Ara berubah jadi rengekan saat tak mendapat jawaban dari Chika.

"Kenapa sih!?". Sahut Chika dari arah bawah, dapur.

"Jam tangan aku liat gak? Perasaan semalam aku taruh nya di meja rias deh". Ucap Ara lagi masih dari atas tapi sudah mendekat ke arah tangga.

"Masih disitu loh". Teriak Chika dari bawah.

Terdiam sesaat. Tak terdengar suara Ara lagi. Chika melanjutkan masaknya. Pagi pagi begini dia selalu sedikit kerepotan mengurus Ara yang mau ke kantor dan terkadang harus mengurus baby Arjun yang terbangun di pagi hari seperti ini.

Tengah mengaduk makanannya di atas kompor, Chika jadi kaget saat mendengar suara Ara yang kembali terdengar lagi dari atas seraya langkah itu yang kian lama kian terdengar dekat. Ara turun menghampiri Chika.

"Sayang gak ada". Ujar Ara lagi yang sudah berada di belakang Chika dan lagi lagi mengagetkannya.

Chika berbalik, wajahnya merah menatap Ara. Melihat orang yang ada di depannya saat ini yang sudah memakai baju kemejanya tanpa bawahan.

Ara menyengir.

"Gak ada loh sayang jam tangan aku disana". Bisik Ara sangat pelan. Sembari menatap wajah Chika yang entah kenapa memerah.

Chika menarik nafasnya. "Celana aja belum kamu pake Ara". Geram Chika menekan kan kalimatnya.

"Udah nih". Tunjuknya mengangkat kemejanya yang sedikit panjang dan memperlihatkan celana dalamnya pada Chika.

Lagi lagi Chika harus menarik nafasnya kuat kuat dan menahan kesabarannya agar sutil yang ada di genggamannya tidak terbang ke wajah orang yang ada di depannya itu.

"Celana kerja kamu aku maksud bukan celana dalam kamu, Araaaa". Chika geram.

Ara menyengir lagi. "Kamu udah selesai masak?". Tiba tiba Ara mengalihkan pertanyaannya. 

"Gak liat kamu, itu di kompor masih ada api yang menyala". Jawab Chika yang juga hampir menyala otaknya.

Ara maju dan mengarahkan tangannya pada kompor tersebut dan mematikannya.

"Bantuin aku dulu, aku udah terlambat". Ucap Ara menatap Chika dengan bibir yang sudah maju.

Chika menahan nafasnya. Selalu saja di pagi hari seperti ini, dia harus memilih mengurus Ara terlebih dulu daripada membuat sarapan pagi untuk mereka.

"Pake baju harus aku yang pake in juga?". Tanya Chika menatap wajah Ara yang sudah memelas di hadapannya itu.

Ara mengangguk. Jujur, selama ada Chika Ara jadi ketergantungan padanya. Apa apa harus Chika, Apa apa harus se persetujuan Chika. Ara memberikan kuasa penuh Chika atas dirinya. Intinya semua harus Chika.

"Kamu capek ya?". Tiba tiba Ara jadi sedih melihat Chika di depannya ini. Yang harus bangun pagi pagi sekali, membuat sarapan untuk mereka dan bahkan Chika yang keseringan menjaga Arjun di bandingkan dengan dirinya. Ditambah lagi Chika juga berkerja.

Chika sudah membangun sebuah kantor di sini. Perusahaannya yang di Swiss juga masih ada tapi di kelola oleh Olla dan Jessi.

Chika mengambil keputusan untuk tinggal bersama Ara di Indonesia. Dia tidak mau berjauhan dengan Ara.

Maka dari itu dia juga harus siap mengambil resiko yang ada. Contohnya seperti saat ini.

Menikah ternyata membuat Chika jadi mempunyai kesibukan yang rutin setiap harinya dan harus menghadapinya setiap saat.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang