2

990 104 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, Zee, Adel, Marsha, Ashel dan juga Chika sampai di Hotel. Mereka turun dari mobil menarik koper masing-masing sebelum kopernya dibawa oleh petugas hotel ke dalam lobby. "Ara gimana ya?", Adel besuara. "Pasti dia sekarang lagi bingung mau kemana", Zee juga bingung harus berekpresi seperti apa. Semenjak Ara pergi tadi mereka seperti hilang tujuan, karena memang jujur jika mereka lagi pergi bersama-sama pasti Ara yang menunjuk arah meski Ara sendiri tidak tau tapi Ara dapat diandalkan.

Sementara Ara setelah turun dari mobil itu mencari tempat untuk duduk. Kebutulan tadi dia turun di sekitaran pusat perebelanjaan. Mudah bagi ara untuk menemukan tempat makan.

"Cari makan dulu kali ya", Ara melangkahkan kakinya kesebuah kafe yang  ada didekatnya itu. Memasuki kafe tersebut berjalan mencari meja kosong. Duduk dan memesan makanan pada waiters. 10 menit menunggu makanan yang dipesan sampai. Ara memakan dalam diam dan sesekali melihat orang-orang disekelilingnya.

Tertawa bersama teman maupun keluarga, bercanda gurau sangat terlihat bahagia, sampai lupa apakah dirinya pernah tertawa sebahagia itu. tidak butuh waktu lama Ara menyelesaikan makanannya, memanggil waiters dan membayar. Bangun dan berdiri mengayunkan langkah untuk keluar dari tempat tersebut. Berhenti sejenak di depan pintu menatap kedepan menoleh kiri dan kanan, akan kemanakah dia sekarang.

"hufft". Hembusan nafas terdengar dari Ara. Dia juga bingung, setelah membuat keputusannya tadi untuk berpisah dengan teman-temannya dia jadi resah sendiri sekarang. Ditempat yang belum pernah di datangi sebelumnya dengan percaya diri membuat keputusan tanpa berpikir panjang.

Tepat ketika Ara hendak melangkahkan kakinya, sebuah hp jatuh tepat dikakinya, melirik kebawah dan kedepan mendapati seorang perempuan tertidur dilantai dengan wajah menghadap ubin dan sekarang mendongak menatap Ara dengan wajah malu dan menyengir.

"Hi, oh Maaf maksudku sorry,". Perempuan tersebut mengambil ponselnya setelah itu berdiri dan menepuk-nepuk bajunya yang tidak terlihat kotor. "Ara hanya memandangi perempuan itu  tepat dimukanya. Perempuan ini terlihat seperti waajah-wajah orang Asia. Benar saja saat perempuan itu tadi saat jatuh, Ara sempat mendengar dia berbicara bahasa indonesa, "maaf" itu yang Ara dengar.

"Ya,". Tapi entah kenapa perempuan itu meminta maaf kepadanya padahal dia tidak berbuat salah pada ara. " Kamu kenapa?" Ara bertanya setelah diamnya beberapa detik yang lalu.

"Oh kamu orang Indonesia?", "Iya", ara menjawab dengan singkat. "Itu tadi aku buru-buru tas aku tinggal didalem. "Oh". "aku masuk dulu". " Ya". Ara bergeser kesamping memberi jalan perempuan itu untuk masuk kedalam. Menengok kebelakang sampai punggung perempuan itu hilang dibalik pintu kaca kafe tersebut. Ara pergi menyusuri jalan yang ada didepannya saat ini. Entah kemana tujuan dia sekarang, yang jelas dia harus mencari penginapan terlebih dahulu.

Bicara soal penginapan Ara jadi resah sebab uang yang dia bawa hanya cukup ketika ada sahabatnya disampingnya. Karena jika ramai-ramai tentu saja biaya penginapan akan sedikit berkurang karena pasti akan mereka bayar bersama. Mau tiadak mau Ara akhirnya masuk kesebuah Hotel terlihat sederhana sesuai dengan budget yang dia punya. Setelah Chek-in Ara masuk kedalam kamar yang dipesannya, meletakkan ransel begitu saja dilantai dan langsung merebahkan dirinya diatas kasur.

Tidur terlentang dengan memandangi plafon kamar. Pikirannya melayang ke ibu dan adiknya dirumah dan kesahabat-sahabatnya, sedang apa mereka sekarang. Dan terlintas sedikit bayangan saat dia dan Chika tadi berdebat dan perkataan Chika masih berbekas sedikit dihatinya. 

"Susah, orang susah". Ara tersenyum sangat tipis membayangkan perkataan itu padahal bukan hanya Chika saja yang berkata seperti tadi bahkan orang lain juga sering, tapi entah kenapa saat Chika yang berakata demikian itu terlihat jauh berbeda yang Ara rasakan. Bisa hidup hingga umur 21 tahun ini saja Ara sudah sangat berhuntung.  Dengan macam cobaan yang dialaminya diumur yang segini dia sudah sangat berterima kasih pada Tuhan telah memberi dia kesempatan untuk ada didunia ini. Dengan di karunia Ibu dan adik yang sangat menyanginya.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang