Satu minggu berlalu, kini mereka berada di puncak. Ara tiba tiba mengagetkan mereka mengajak tanpa rencana sama sekali.
Melaju ke puncak dengan dua mobil. Ara, Chika, Adel, dan Ashel, sementara yang satunya lagi sudah pasti Zee dan kekasihnya hatinya Marsha.
Mereka sampai ke Villa pada pukul 5 sore. Adel menatap Villa yang yang datangi dengan dahi berkerut curiga.
Mengambil barang masing masing dari bagasi mobil dan mulai melangkah masuk kedalam.
Disana sudah ada penjaga Villa yang menunggu mereka di depan pintu.
"Sayang masuk aja, biar aku yang bawa barangnya". Ucap Ara lembut ketika melihat Chika yang hendak meraih tas di bagasi mobil mereka.
"Gak papa? Aku bisa kok bawa sendiri juga". Tanya Chika.
Ara mengangguk. "Aku juga bisa, masuk gih".
Ara menatap punggung Chika yang sudah berjalan masuk.
"Lo udah pesen duluan ya, Ra?". Adel bertanya curiga. Pasalnya mereka sampai kesini tinggal masuk aja, tidak menjumpai pemiliknya untuk menanyakan tentang Villa yang ingin dipesan.
Pasti Ara sudah jauh jauh hari memesannya.
Ara hanya tersenyum tipis.
"Anjr, lo lagi rencanain apa? Kok gue jadi parno". Tambah Adel lagi.
Ara melirik Adel mengangkat bahunya dan melangkah tidak menjawab pertanyaan Adel.
"Woi, malah ditinggalin gue".
Semua duduk diruang tengah. Mengistirahatkan sejenak tubuh mereka yang barus saja tiba dengan menempuh perjalanan lebih kurang 8 jam.
Villa ini termasuk sedikit mewah. Terlihat sangat luas dan ada kolam renang yang lumayan besar disisi samping Villa.
"Disini ada 3 kamar. Kalian boleh milih yang mana aja. Entar yang sisanya buat gue sama Chika aja". Ucap Ara setibanya mereka didalam.
Chika melirik Ara saat mendengar penuturannya barusan.
"Emang aku ada bilang mau sekamar sama kamu?". Ucap Chika yang membuat Ara membola kan matanya, sementara ke empat yang lainnya nyaris hendak tertawa kalo saja Ara tidak menoleh tajam menatap mereka.
Namun Azizi tetap lah Azizi yg tidak tahan akan sesuatu yang ingin dia ucapkan pasti akan terlontar kan.
"Anjr si Ara tertolak pacar sendiri". Ucap Azizi ini membuat Adel tidak mampu menahan tawanya dari tadi dan meledak begitu saja.
"Sayang". Rengek Ara.
Chika juga ikut tertawa melihat muka melas Ara.
"Bercanda aku, Ara". Balas Chika dengan mulutnya yang dia tutup dengan telapak tangannya juga masih menahan tawa.
"Kamu mah". Ara merajuk.
Sekarang waktu menunjukkan pukul 7 malam. Mereka mulai sibuk dengan kegiatan manggang memanggang mereka. Rupanya Ara telah mempersiapkan semuanya sepertinya. Terlihat dari semua bahan sudah ada di dalam Villa tersebut.
"Yang bener Del". Tegur Azizi saat melihat Adel membolak balik ikan bakar itu dengan tidak beraturan.
"Ini tuh style Zee style, cara memanggang ikan yang benar". Tutur Adel menerangkan pada Azizi.
"Tai lo, kalo jatoh awas ya, lo habisin sama arang arangnya". Kesal, dan terbukti setelah satu detik perkataan nya itu ikan yang ditangan Adel jatuh ke bara api.
Adel menatap Zee yang tengah menatapnya horor.
Siap mengambil ancang-ancang untuk kabur namun sebelum itu terjadi Azizi sudah lebih dulu mengganjal kaki Adel sehingga Adel terjatuh dibawah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE IS YOU (END)
RandomDia periang tapi tidak senang, dia gembira tapi juga penuh luka. Hanya berbagi kisah bahagia tanpa kesedihan. Menceritakan kasih sayang yang penuh damba. Munafik? menutup kesedihan dengan kebahagiaan? Menunjukkan "Aku kuat aku bisa, ya aku mampu...