Pada akhirnya mau tidak mau Chika membawa Ara ke Apartemennya. Padahal Chika rencana malam ini ingin menginap dirumah Mamanya lagi. Namun melihat kondisi Ara yang tidak memungkinkan di antar kerumahnya, berakhir di gotong Chika ke kediamannya.
Memapah Ara yang di bantu dengan Adel dan juga Ashel tadi. Merebahkannya di atas ranjang miliknya. Memandangi wajah yang memerah itu. Ara sudah tidak sadarkan diri.
Chika berjalan menuju dapur mengambil air hangat dan handuknya. Melangkah kembali menghampiri Ara. Membuka jaket yang di kenakan Ara pelan melalui kepalanya. Meninggalkan kaos longgar didalam nya.
Mulai membasuh tubuh Ara dari wajahnya sampai ke badannya. Chika mengusap pelan punggung Ara, menyibak kaosnya itu dan mengelap hati hati di bagian belakang Ara. Beralih sedikit menuju bagian depan tubuh Ara juga. Mengelap keringat yang tadi mengalir dari tubuh itu.
Merasa susah dengan kegiatannya, Chika membuka kaosnya beserta celana panjang yang dikenakan Ara. setelah selesai membasuh tubuh Ara, Chika mengambil satu set baju piyamanya dan di pakaikan ke tubuh Ara dengan perlahan.
Chika berjalan ke arah kamar mandi membersihkan juga tubuhnya yang mulai terasa lengket. Setelah selesai semuanya, dirinya ikut bergabung dengan Ara tidur di ranjangnya. Memeluk sayang tubuh Ara serta memberikan kecupan semalam malam di pipinya.
*
Ara terbangun dan menegakkan tubuhnya untuk duduk di kasur. Mengelilingi pandangannya melihat sekitar, ini bukan kamarnya.
Memukul mukul pelan kepalanya yang terasa berputar putar itu. Melihat ke arah tubuhnya, ini bukan pakaian nya semalam. Tau ini dimana dan juga tau siapa yang melakukannya Ara jadi bernafas panjang.
Teringat yang terjadi semalam perkataan dan perbuatannya terhadap Chika. Ara jadi menyesali itu. Tubuhnya tak bisa mengendali dirinya sendiri,
Ara bangun mengedarkan pandangannya melihat dimana letak bajunya semalam. Dan menemukan terlipat rapi di atas meja rias itu.
Bangun dari ranjang, membuka bajunya beserta celananya. Ketika hendak memakai bajunya, gerakan tangannya terhenti kala pintu kamar terbuka menoleh mendapati Chika yang tengah berdiri di bingkai pintu tersebut.
Chika yang melihat Ara menggunakan bra serta celana dalam nya masuk begitu saja. Melirik jam diding di kamarnya yang madih menunjuk pukul 6 pagi.
"Masih pagi, mau kemana?". Chika memperhatikan Ara dari atas hingga bawah.
"Pulang". Mengenakan kembali bajunya yang sempat tertahan tadi.
"Masih pagi". Chika mengulang lagi ucapannya.
"Iya". Sambil memakai juga celananya. Ara menoleh kesana kemari mencari sesuatu.
"Liat HP aku?". Menatap Chika yang menatapnya juga tanpa ekspresi.
Chika tidak menjawab. Masih memperhatikan Ara yang berjalan ke setiap tempat di dalam kamar Chika mencari ponselnya.
"Permisi". Ara berjalan melewati Chika begitu saja. Berhenti di ruang tamu dan mencari kembali ponselnya.
"Mungkin di mobil Adel. Ara bermonolog sendiri tapi bisa di dengar jelas oleh Chika.
"Aku pulang dulu, makasih baju dan tumpangannya, Chika". Ara menatap Chika dengan wajah yang sendu. Dia mulai terasa seperti debu sekarang. Tidak berarti apa apa lagi. Ara berjalan gontai menuju pintu.
"Sarapan dulu, aku lagi masak, bentar lagi selesai". Suara Chika menghentikan langkah Ara.
"Ara berbalik dan tersenyum. "Gak papa Chika, aku makan dirumah aja. Makasih tawarannya".
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE IS YOU (END)
De TodoDia periang tapi tidak senang, dia gembira tapi juga penuh luka. Hanya berbagi kisah bahagia tanpa kesedihan. Menceritakan kasih sayang yang penuh damba. Munafik? menutup kesedihan dengan kebahagiaan? Menunjukkan "Aku kuat aku bisa, ya aku mampu...