45

1.1K 109 7
                                    

"Sayang". Ara memanggil Chika saat meraba raba di sebelahnya sudah kosong. Perasaan tadi dia baru saja memeluk seseorang, dan sekarang sudah tidak ada. Cepat sekali kekasihnya itu menghilang. Adiknya juga sudah tidak ada lagi disisi sebelahnya lain.

Bangun dan menyandarkan punggungnya di dashboard kasur seraya mengucek matanya. Melihat kesamping. Salju masih menyapa jendela kamar Chika, kemudian tersenyum manis yang membuat sebuah lengkungan indah dimatanya.

Setelah mencuci mukanya, Ara berjalan keluar kamar. Waktu telah menunjukkan pukul 8 pagi. Terus berjalan sampai menemukan sosok yang dia cari. Mendekatinya dan memeluk tubuh itu dari belakang.

"Kenapa gak bangunin aku?". Tanya Ara sambil mencium cium bahu Chika, menyadarkan kepalanya di sana.

"Kamu tidurnya nyenyak banget, mana tega aku". Ucap Chika yang tengah berhadapan dengan alat masaknya.

"Masak apa sih?". Tanya Ara lagi masih mencium pundak Chika. Kali ini ciumannya naik setingkat mengarah ke pangkal leher Chika.

"Ara ih". Chika geli, Ara mengendusnya disana.

Tak menghiraukan perkataan Chika, justru semakin menjadi jadi. Meremas pelan pinggang Chika dan semakin menciumi leher Chika. Chika kaget dibuatnya saat Ara menggigit gemas lehernya.

"Ara, sakit". Protes Chika.

Ara hanya menyengir. Tak lama cengiran nya itu langsung redup saat sebuah wortel utuh tepat mengenai kepalanya. Berbalik dan melihat ternyata ada manusia lain di belakang sana.

Langsung melepaskan pelukannya itu seraya mundur satu langkah dan bergeser ke samping. Melihat ke arah mereka lagi seraya menunduk hormat dan mulai berjalan sangat pelan meninggalkan dapur tanpa kata apapun.

Olla baru saja menyambut Ara di pagi ini dengan sebuah wortel yang tengah di irisnya tadi, rencananya ingin membuat soup, namun sebelum soup itu terjadi dia harus melihat kemesraan dua sejoli itu di pagi hari ini. Dan untuk menghentikan perbuatan Ara, Olla dengan spontan melemparinya dengan sebuah wortel yang lumayan besar.

Apa dia tidak tau bahwa ada orang lain di rumah ini selain mereka berdua. Olla mendengus, Ara benar benar tidak tau tempat.

Chika hanya tertawa melihat wajah Ara yang berubah datar dan sedikit cemberut itu. Pergi begitu saja sambil mengusap belakang kepalanya setelah menerima lemparan dari Olla tadi.

"Chik, betah lo sama dia?". Tanya Olla di belakang sana. 

"Sangat". Balas singkat Chika dengan senyuman bahagianya setelah mengucapkan itu.

Dia bukan lagi betah, tapi sangat bersyukur di pertemukan dengan Ara.

Pagi ini Chika tidak membuat sarapan pagi yang baru. Tapi hanya memanaskan makanannya semalam yang belum sempat mereka cicipi.

Setelah menghidangkan semua menu makanannya, Chika berjalan menuju kamarnya tersenyum saat melihat Ara tengah berdiri di jendela kamarnya dengan pakaian yang sudah di ganti. Ah, pasti kekasihnya itu sudah selesai mandi.

"Ara". Panggil Chika lembut.

Ara berbalik tersenyum melihat Chika yang berjalan ke arahnya.

"Udah mandi ya?". Tanya Chika, merapikan poni Ara yang menutupi matanya.

Ara mengangguk, memegang tangan Chika dan mengusapnya.

Chika mendekat  mengirup aroma tubuh Ara. "Kok gak wangi bayi?". Tanya Chika lagi di barengi tawanya.

Ara menyipitkan matanya tak suka. "Aku bukan bayi. Berapa kali aku bilang. Aku bukan bayi, sayang".

Chika hanya tersenyum geli. Ucapan Ara tak sesuai dengan kondisi wajahnya sekarang yang cemberut dengan bibir yang sedikit maju itu.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang