35

1.3K 114 18
                                    

Ashel yang sedang makan siang bersama Adel yang tidak jauh dari Rs dimana Chika dirawat jadi terperanjat kaget kala mendapat pesan dari rumah sakit jika Chika telah siuman. Karena Ashel yang menjadi penanggung jawab untuk Chika. Ashel sendiri yang memintanya.

Makanan yang sedang berada didalam mulutnya dia telat begitu saja tanpa minum.

"Sayang minum dulu". Ucap Adel yang melihat kekasihnya itu berlari begitu saja.

Adel meletakkan bayaran mereka di bawah gelasnya dan langsung berlari mengikuti Ashel dengan sebotol air mineral di tangannya.

Seraya berlari, Adel membuka penutup botol itu dan memberi botolnya kepada Ashel agar bisa di teguknya barang sedikit.

"Sayang basah kan". Protes Ashel yang melihat Adel menyuapinya minuman itu langsung ke dalam mulutnya.

"Makanya minum dulu, aku takut kamu keselek dan berakhir kayak Chika nanti, aku gak mau". Ujar Adel.

Ashel memukul pundak Adel gemas. "Ih mana Ada". Ucapnya

Mereka berdua sampai di depan ruang rawat inap Chika. Membuka pintunya dan sudah terlihat disana ada Dokter dan juga beberapa perawat lainnya.

Tanpa sengaja Ashel melihat seseorang yang sudah berdiri tegak di pojok dekat kamar mandi tanpa berkedip sedikit melihat Chika yang sedang di tangani itu.

Adel juga kaget melihat sosok itu. Sudah sejak kapan makhluk itu ada di dalam sini. Adel menghampirinya.

"Dari kapan Ra?". Tanya Adel.

"Baru aja". Jawab Ara serak. Wajahnya benar benar terlihat seperti mayat hidup. Kantung mata mulai memenuhi bawah matanya serta mata lingkaran hitam yang juga ikut mengelilingi matanya juga.

"Duduk ngapain berdiri disitu aja kayak tiang bendera lo, tegak amat". Dan kemudian menari Ara agar duduk di sofa.

Ara masih menatap dokter yang memeriksa Chika. Chika sudah siuman namun belum ada reaksi apa apa. Sepertinya tubuh Chika masih shock paska mengalami penjepitan saraf lehernya itu.

Leher yang telah di pakaikan cervical collar, membuat chika sepertinya harus dirawat beberapa hari kedepan. Terhitung sudah dua hari Chika pingsan dan baru hari ini dia siuman.

Ashel sendiri sangat bersyukur, setidaknya ada kemungkinan Chika untuk pulih kembali.

Dokter selesai melakukan pengecekan.

"Pasien terkena cedera pada otot leher atau ligamen sendi. Bersyukur belum mengenai titik fatalnya. Dokter melirik Chika sebentar dan melanjutkan ucapannya. 

"Pasien harus di pantau dengan baik, agar tidak banyak pergerakan di bagian lehernya. Meski begitu urat saraf di lehernya masih sangat lemah". Dokter berucap lagi.

"Untuk menghindari cedera yang lebih serius, ya seperti yang saya ucapkan barusan. Jaga pasien supaya tidak melakukan aktifitas yang membuat lehernya banyak bergerak"

Yang ada di ruangan tersebut mengangguk. Ara melirik Ashel yang melihatnya dengan sinis. Sepertinya perempuan itu masih dendam padanya.

Ara berdehem dan bangun dari duduknya. "Tapi masih bisa diajak ngobrol kan Dok?". Tanya Ara gugup seraya melirik lagi Ashel. Wajah Ashel sangat mengerikan, seperti ingin menelannya dirinya hidup hidup.

Dokter tersenyum. "Bisa, tapi jangan dipaksakan. Sekarang ini pasien belum bisa merespon dengan baik. Jadi, ajaklah pelan pelan untuk berinteraksi. Latih otot otot dilehernya supaya tidak kaku". Ucap Dokter setelahnya pamit dari ruangan tersebut.

Ara mengangguk. Kembali melihat keadaan Chika. Berjalan mendekatinya dan berdiri di samping ranjang Chika.

"Sayang keluar aja yuk?". Ajak Adel pada Ashel.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang