18

969 85 11
                                    

Ara bangun dari tidurnya setelah semalaman beristirahat. Duduk di sisi kasur dengan bersandar di headboard nya. Ara tersenyum, dia ingat betul kejadian semalam. Sungguh tadi malam dia rasa itu mimpi.

Chika masuk kamarnya dan mengucapkan kata yang dia tunggu selama ini tapi tak pernah di bayangkan akan terjadi tadi malam.

Awalnya Ara tidak tau ada Chika dirumahnya. Setelah dia masuk ke kamarnya beberapa menit kemudian dia merasa kehausan dan ingin keluar kamar. Tapi baru dia hendak membuka engsel pintunya Ara mendengar suara yang sangat dia kenali betul.

Suara Chika yang sedang berbicara dengan mamanya. Tapi untuk apa Chika malam malam kerumahnya. Setelah sebelas hari mereka tidak berjumpa karena Ara harus menemani muridnya ikut lomba di Ausi.

Terakhir mereka ketemu dan berakhir kurang baik, tapi ada apa dengan malam ini bahkan dirinya dengan jelas mendengar ungkapan itu.

Saat mendengar suara Chika semalam dirinya sangat kaget. Apalagi saat mendengar Chika meminta izin ke mamanya untuk masuk kedalam kamarnya. Ara sangat jelas mendengar itu karena dia masih berdiri di balik pintu kamarnya.

Dan begitu mendengar langkah kaki yang mendekati kamarnya Ara dengan spontan loncat ke kasurnya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan menyisakan kepalanya saja. Awalnya Ara ingin menggulung semua tubuhnya itu serta kepalanya namun takut oksigennya habis akhirnya hanya memperlihatkan kepalanya saja.

Sungguh saat Chika masuk berjalan ke arahnya serta mengusap pelan rambutnya itu, jantung Ara sangat berdetak tidak karuan. Ara takut suara jantungnya itu sampai di pendengaran Chika.

Dan saat tiba tiba Chika bercerita tentang teman mereka yang menuduh Chika, dengan suara yang sangat menggemaskan di telinganya seolah olah mengadu pada dirinya, Ara hampir saja membuka matanya bangun dan merengkuh tubuh itu. Apalagi saat Chika mengucapkan Cinta padanya. Ara hampir pingsan dalam tidur pura puranya.

Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Chika menyambut itu. Sampai ini tiba rasanya dia ingin menemui Chika dan memeluknya seharian penuh. Tapi mana mungkin dirinya berani. Sementara Chika tidak tau kalau dirinya sudah tau karena sudah mendengar ucapan Chika tadi malam.

Bagaimana ini? Apakah dia harus berpura pura tidak tau apa apa saat nanti bertemu Chika atau langsung menanyakan kembali pasal semalam meminta penjelasan supaya semuanya jelas dan Ara tidak salah mengartikan ucapan Chika semalam. 

Ara menyibakkan selimutnya beralih ke kamar mandi bersiap siap karena pagi ini ada jadwal bimbingan terakhirnya untuk mendapatkan ACC dari dosen tercinta.

Ara sampai di kampus melakukan bimbingannya setelah Acc telah dia dapat melangkahkan kakinya ke kantin kampus tepatnya kantin Mbak Lala langganan mereka.

"Mbak Lala, kayak biasa satu tapi minumnya air putih aja". Suara Ara terdengar di telinga Mbak Lala.

Mbak Lala tersenyum. "Oke Ra, sendiri aja kamu? Yang lain mana?.

"Masih di jurusan masing masing Mbak,  ada yang belum datang juga". Jawab Ara dan Mbak Lala hanya mengangguk saja.

Ara tengah menikmati nasinya dan terlihat didepan sana Adel, Azizi dan Ashel berjalan ke arahnya.

"Kiw kiw". Azizi datang langsung menggoda Ara.

Ara hanya melirik sebentar dan menyambung lagi makannya.

"Gimana udah lega habis nangis?". Azizi duduk merangkul bahu Ara dan menaik turunkan alisnya.

Tidak ada tanggapan dari Ara membuat Adel kini menambahkan sedikit micin nya.

"Gua kaya shock gitu pas denger cerita ada yang nangis, pasalnya manusia ini tu hampir gak keliatan mengeluarkan air matanya, eh sekali keluar gara gara Chika". Adel dan Azizi seraya tertawa dangat puas.

MY HOPE IS YOU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang