Chika terbangun di pukul 07.00 pagi. Tidurnya terasa nyenyak meski hanya sebentar. Semalam dirinya baru bisa tertidur di pukul 4 pagi. Tertidur diperlukan orang yang di cintai memang sangat menyenangkan.
Chika memandang di sekeliling kamar Ara. Kamar yang sangat sederhana namun bisa membuat dirinya nyaman berada disini.
Barang barang yang tersusun rapi, bahkan tidak terlihat sama sekali adanya baju yang bergelantungan di dinding maupun di belakang pintu.
Ara benar benar sangat rapi dah bersih.
Pintu terbuka menampilkan sosok Ara yang sudah dengan sebuah napan yang berisikan bubur dan segelas air hangatnya.
Ara berjalan berjalan dengan hati hati dengan hidangan sederhana yang khusus dia buatkan untuk Chika.
"Pagi sayang". Ara tersenyum dan meletakkan napan itu di meja nakasnya.
"Udah mendingan?". Ara menghampiri Chika mencium pucuk kepalanya.
Chika menatap Ara. "Pagi juga Ara, udah mendingan, makasih ya". Senyuman Ara menular kepadanya.
"Mau makan dulu atau mau ke kamar mandi?". Ara bertanya seraya mengusap tangan Chika.
"Mau peluk kamu dulu".
Ara tersenyum lagi sambil merentangkan kedua tangannya.
"Sini sini, peluk aku yang lama Chika".
Chika merengkuh tubuh itu dengan erat dan menghirup lama lama aroma Ara yang entah bagaimana nanti apakah dirinya masih bisa mencium aroma itu kembali atau tidak.
Air matanya jatuh, dan buru buru di usapnya.
"Udah?". Tanya Ara yang melihat Chika menarik diri dari pelukan mereka.
Chika mengangguk. "Aku mau ke kamar mandi dulu ya". Chika mengayunkan langkahnya menuju kamar mandi.
Setelah melihat Chika keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sudah lebih segar, Ara berucap lagi.
"Sayang makan yang banyak ya, tapi aku cuma buat bubur gak papa ya? Aku lagi seneng banget sekarang, barusan Kitty telpon katanya Mama udah siuman Chika. Aku mau ngenalin kamu ke Mama".
Chika sedikit terkejut dengan perkataan Ara itu. Mama Ara sudah sadar. Syukurlah, dirinya juga sangat bahagia mendengarnya.
"Aku mau kenalin kamu ke Mama sebagai kekasihnya aku, bolehkan?". Mata Ara berbinar ketika mengucapkan itu.
Lagi lagi Chika menegang dalam duduknya. Ara terlihat sangat bersemangat.
"Nanti kita beli makan lagi disana yang enak, kamu makan lagi ya sampe sana".
Chika hanya menatap Ara yang terlihat bahagia di setiap perkataan nya.
"Aku makan ya?". Chika mengambil mangkuk buburnya dan mulai memakan.
"Aduh, maaf sayang aku sampe lupa bubur kamu, maaf ya. Aku seneng banget soalnya Mama udah sadar, mau cepet cepet kenalin kamu".
Chika mengangguk. Dirinya tidak tau harus berekpresi seperti apa. Dia harus senang ataukah sedih.
*
Ara melajukan mobilnya sangat pelan. Melirik Chika yang terdiam dari tadi.Chika tersentak saat Ara menyentuh tangannya.
"Maaf sayang, aku ngagetin kamu ya, habis nya kamu diem dari tadi, kamu kenapa? Pikir apa? Bagiin ke aku sini, aku juga mau tau apa yang lagi kamu pikir".
Chika menatap Ara. Harus kah dirinya menghancurkan harapan yang terlihat jelas di dalam mata hitam yang indah itu.
"Gak ada yang berani singgah di pikiran aku, selama ada kamu disana". Ucap Chika membalas genggaman tangan Ara itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY HOPE IS YOU (END)
RandomDia periang tapi tidak senang, dia gembira tapi juga penuh luka. Hanya berbagi kisah bahagia tanpa kesedihan. Menceritakan kasih sayang yang penuh damba. Munafik? menutup kesedihan dengan kebahagiaan? Menunjukkan "Aku kuat aku bisa, ya aku mampu...