"Kan Mama udah bilang, jangan bicara formal begitu. Udah suami istri loh, mau sampai kapan seperti ini?" Entah sudah ke berapa kalinya Sania menasihati sepasang suami istri yang merupakan anak dan menantunya ini terkait cara mereka berbicara. Rasanya terdengar aneh ketika sepasang suami istri berbicara layaknya orang asing. "Suami istri kok kayak orang asing pakai saya-saya."
"Pelan-pelan dicoba ganti pakai 'aku-kamu' gitu, kalau nggak dicoba mau sampai kapan kalian seperti orang asing begini?" Ujar Sania lagi, "Ih, gemes deh Mama sama kalian, susah banget dibilangin."
Arka hanya mengangguk menanggapi, "Nanti dicoba."
"Gitu aja terus, kemarin-kemarin juga bilangnya mau dicoba, tapi apa? Sampai sekarang masih pakai 'saya-saya'."
"Iya Ma, kali ini beneran dicoba nanti. Mama cerewet sekali." Arka memutar bola matanya malas, pagi-pagi sekali dia harus mendengarkan celotehan ibunya yang menceramahinya dengan hal-hal yang sama setiap kali beliau mendengar pembicaraannya dengan Sarah, yang masih terkesan formal menurut ibunya.
"Bukannya Mama ikut campur atau gimana, tapi ya ada baiknya kalau suami istri itu jangan terlalu asing seperti ini."
Sarah yang sedari tadi hanya menjadi pendengar juga ikut menganggukkan kepalanya. "Maaf Ma, kami terbiasa seperti itu, jadi agak lumayan susah mau diubah. Tapi nanti kedepannya pasti kami akan mencoba supaya lebih santai."
"Iya, harus itu." Sania mengangguk tegas, "Kalau Jevan dengar kalian masih pakai 'saya-saya', pasti dia kegirangan, artinya rumah tangga kalian masih asing, jadi dia mikir pasti ada celah buat dia masuk."
"Mana bisa begitu." Sahut Arka tegas. Merasa tidak terima dengan ibunya yang membawa bocah ingusan itu kedalam pembicaraannya. "Pakai 'aku' atau 'saya' itu nggak ada kaitannya dengan rumah tangga kita yang asing. Nyatanya kita harmonis-harmonis aja."
"Kamu ini gimana sih?! Ya jelas ada dong! Dimana-mana suami istri itu nggak ada yang pakai 'saya-saya' kayak kalian! Jangankan 'aku-kamu', mereka justru punya panggilan sayang khusus yang buat orang lain berpikir kalau rumah tangganya pasti harmonis."
"Kalau modelan kayak kalian ini ya pasti orang lain beranggapan kalau rumah tangga kalian nggak ada cinta dan sayang di dalamnya." Sania sengaja membawa-bawa nama Jevan, karena dia tau Arka tidak lah suka jika Jevan selalu menggoda Sarah. Arka selalu bersikap layaknya suami cemburu dengan istrinya.
Niatnya membawa nama Jevan agar Arka mengubah cara bicaranya pada Sarah dengan lebih santai selayaknya suami istri. Dengan begitu, kedekatan mereka mengalami peningkatan.
Arka menghela nafasnya, memang sedari awal ibunya menegur, dia sudah akan mengganti cara bicaranya dengan Sarah, hanya saja setiap dia berbicara, kata 'saya' seolah spontan keluar dari mulutnya. Dia sudah biasa menggunakan kata 'saya', jadi akan sedikit aneh ketika mengubahnya.
"Iya, Ma, nanti beneran dicoba." Kali ini Arka memilih mengalah agar pembicaraan sepele ini segera berakhir. Dia akan terlambat berangkat jika terus-terusan meladeni perdebatan dengan sang ibu.
"Sar, tolong ambilkan say–"
"Hei, baru aja dikasih tau, udah mau 'saya-saya' lagi?!" Seru Sania galak, "Emang bandel ya suami kamu ini, Sar."
"Iya, anak Mama juga, kalau Mama lupa."
Sania tergelak mendengar balasan Sarah yang dia tebak spontan keluar dari bibir Sarah. "Nggak usah dilayani kalau bandel, biarin aja dia urus diri sendiri."
Lagi-lagi Arka mendengus, "Mama nggak perlu mengompori Sarah agar menjadi istri durhaka."
"Enak aja! Mama bukan setan yang suka kompor ya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
General FictionSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...