33

66.1K 4.4K 156
                                    

Dulu, mempunyai suami yang baik, pengertian, dan meratukannya sebagai istri adalah sebuah impian. Itu semua seakan sudah menjadi doa wajib setiap harinya bagi Sarah. Melihat pasangan-pasangan suami istri yang bahagia terasa menyenangkan. Mesti tak jarang pula, ada ketakutan akan rumah tangga ketika melihat orang-orang di sekelilingnya berakhir dengan perceraian. Namun, sekarang seakan semua itu di tepis oleh impiannya yang terwujud dengan mempunyai rumah tangga yang harmonis dengan Arka.

Sarah menyadari, rumah tangganya masih belum seberapa lantaran masih seumur jagung. Dia tak tahu hal apa yang kedepannya harus dia hadapi. Yang jelas, sejauh ini semuanya baik-baik saja, dan dia selalu berharap selamanya akan baik-baik saja. Itu semua sudah cukup membuktikan bahwa rumah tangganya akan baik-baik saja karena kedua orang di dalamnya berperan dengan semestinya.

Jika dulu pada awal pernikahan Sarah tak ingin berharap lebih pada pernikahannya yang terjadi karena adanya accident, itu tidak berlaku untuk sekarang. Keseriusan Arka dalam menjalankan tanggungjawabnya mampu membuat Sarah merubah pikirannya. Yang dia inginkan saat ini adalah pernikahannya kelak akan berlangsung seumur hidup. Sebisanya, Sarah ingin mempertahankan apapun yang terjadi pada rumah tangganya. Apalagi kehadiran Areksa mampu membuatnya berpikir untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya, termasuk dengan memberikan peran dan tanggungjawabnya sebagai orang tua yang lengkap.

Drrtttt

Sarah tersentak dari lamunan singkatnya kala mendengar suara handphone yang berdering. Setelah mencari sumber suara, barulah Sarah menyadari kalau deringan itu berasal dari handphone suaminya.

"Mas, handphone-nya bunyi." Sarah menatap Arka yang tengah berdiri di luar balkon. Suaminya itu tengah bersama Areksa di sana, menikmati semilir angin sore yang menyegarkan.

"Siapa?"

Mata Sarah kembali melirik handphone Arka guna melihat nama si penelepon, spontan kepalanya menggeleng. "Nggak tau, tanpa nama."

"Angkat aja." Arka tak beranjak dari tempatnya dia berdiri dengan menggendong Areksa, seolah panggilan dari handphone-nya tidak penting sedikitpun.

Sarah menurut, tangannya meraih handphone yang berada di atas nakas, barangkali panggilan itu penting.

"Sayang."

Belum sempat mengeluarkan sepatah kata, Sarah sudah di sambut oleh sapaan si penelepon yang ternyata adalah seorang perempuan. Mulutnya yang semula sudah akan bersuara kini terkatup kembali.

Keningnya mengernyit samar, apa tadi? Sayang? Siapa perempuan ini? Apa Arka mempunyai hubungan spesial dengan perempuan lain di luar sana?

Berbagai macam bentuk pertanyaan tak bisa Sarah hindari di kepalanya. Tiba-tiba dia ragu akan kesetiaan Arka pada pernikahan mereka.

"Apa kabar sayang? Apa kamu baik-baik saja tanpa aku?"

Sarah masih tetap terdiam, dia ingin mendengar sejauh mana perempuan di seberang sana berbicara.

Sarah bisa mendengar suara tawa ringan dari seberang sana. "Do you miss me?"

"Siapa?" Arka berjalan memasuki kamarnya. Dia heran ketika tidak mendengarkan Sarah mengeluarkan suaranya padahal istrinya itu sedang menjawab panggilannya.

Si penelepon di seberang sana tampak terkekeh kecil mendengar suara yang tak asing di telinganya, "Ah, apa dari tadi aku bicara dengan istri Arka?"

"Siapa, Sar?" Ulang Arka lagi ketika dia sudah berada di dekat Sarah.

Sarah menggeleng, "Nggak tau, dia panggil kamu sayang."

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang