3

99.8K 4.5K 63
                                    

Sudah satu minggu berlalu. Hari-hari Sarah jalani dengan penuh kekhawatiran. Nyatanya tamu bulanan yang dia tunggu tak kunjung datang. Hingga kini dia harus memastikannya meskipun sebenarnya rasa takut lebih mendominasi daripada rasa penasarannya.

Dua hari yang lalu, Sarah sudah menceritakannya pada bosnya-Selina. Bukannya merasa tenang, Sarah justru merasa semakin takut. Bos-nya itu bukan berniat menakutinya, namun dari yang beliau ceritakan mampu melumpuhkan keyakinannya tentang keberhasilan obat pencegah kehamilan itu.

Selina bercerita kalau dia kebobolan sebanyak dua kali, padahal dia sudah meminum obat pencegah kehamilan secara rutin setelah berhubungan. Awalnya memang baik-baik saja, namun lama-kelamaan seakan obat itu tidak berpengaruh sama sekali. Itulah yang membuat Sarah semakin tidak yakin dengan keberhasilan dua butir obat yang sempat dia minum.

Saat ini, Sarah hanya mampu berserah diri. Dia sudah mencegah ini terjadi, tapi Tuhan berkehendak lain. Dalam perutnya kini sudah tumbuh makhluk lain hasil dari kesalahan malam itu.

Tidak, Sarah tidak menyebutkan bahwa anak ini sebagai kesalahan. Namun karena kesalahan malam itulah yang menyebabkan janin ini hadir di saat yang tidak tepat.

Ya, Sarah hamil. Terbukti dengan dua testpack yang dia genggam semuanya menunjukkan garis dua. Meskipun dia sudah bisa menebak hasilnya, tapi tetap saja dia terkejut. Sewaktu akan mengecek tadi, ada sedikit harapan yang berharap semoga hasilnya hanya garis satu. Namun ternyata hasilnya justru sesuai dengan dugaannya beberapa hari ini.

Sarah meringkuk di depan pintu kamar mandi. Tubuhnya bergetar seiring dengan isak tangisnya. Dia belum siap berada di situasi yang seperti ini. Menjadi ibu muda, di usianya yang masih dua puluh satu tahun ditambah dengan status kehamilannya di luar pernikahan.

"Ya Tuhan, aku harus bagaimana?"

••••••••

Tak berbeda dengan Sarah, Arka pun tidak bisa tenang akhir-akhir ini. Sejak kehadiran perempuan yang tak sengaja dia lecehkan, Arka merasa bersalah. Dia merasa seperti laki-laki brengsek yang mengambil kehormatan seorang perempuan.

Demi apapun, Arka tidak sadar saat melakukannya. Pikirannya benar-benar hilang karena dia dalam pengaruh alkohol. Dia benar-benar tidak berniat menjadi laki-laki brengsek seperti kakaknya-Saka.

Bukannya dia ingin lari dari tanggungjawab. Namun, sejak satu minggu yang lalu, dia belum mendapatkan kabar lagi tentang perempuan yang baru dia ketahui namanya, Sarah.

Satu minggu ini dia juga menunggu jawaban dari Sarah akan keputusannya tentang pertanggungjawabannya. Meskipun menikah bukan tanggungjawab yang dia inginkan, tapi jika itu yang menjadi solusi terbaik, akan dia lakukan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar membuyurkan lamuan Arka yang tengah duduk di kursi kebesarannya. Buru-buru Arka menegakkan kembali tubuhnya.

"Masuk."

Setelah dia memberi ijin masuk, barulah Arka bisa melihat pintu terbuka yang menampilkan sosok kakak dan kakak iparnya di sana.

"Mas Saka, Mbak Selina, silahkan duduk." Arka mempersilahkan sepasang suami istri itu untuk duduk di depannya. "Ada yang bisa dibantu?"

Semenjak kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu karena ulah wanita ular yang sialnya adalah mantan istrinya, Arka menjadi sedikit demi sedikit memperbaiki hubungannya dengan sang kakak yang sebelumnya sempat merenggang. Namun, rasa canggung masih begitu sulit untuk di hilangkan.

Selina melirik suaminya dulu sebelum menatap Arka. "Ada yang mau aku bicarakan."

Hening. Arka setia menunggu kalimat-kalimat yang akan kakak iparnya ucapkan. Sedangkan yang di tunggu, Selina tengah merangkai kalimat-kalimat yang sekiranya mudah untuk dipahami.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang