15

60.5K 3.6K 41
                                    

"Aku lihat kamu kok kayak gemukan sih, Sar?"

Sarah menghentikan aktivitasnya begitu mendengar suara Dea yang di tujukan untuknya. Sejauh ini belum ada teman butiknya yang tau kalau dia hamil. Dan Sarah belum berniat memberitahukan berita ini. Takut jika mereka mengetahui kalau dia hamil di luar pernikahan yang nantinya akan menimbulkan berbagai respon tidak menyenangkan.

"Ya itu tandanya Sarah bahagia sama suaminya." Sahut Tiana yang juga berada di sana.

Jawaban dari Tiana tentunya sangat membantu Sarah yang kesulitan memberikan jawaban. Dalam hati, dia sangat berterimakasih pada Tiana.

"Ya gimana nggak bahagia, secara suaminya aja ganteng, mana banyak uang lagi. Idaman banget kan ya?" Ujar salah satu teman Sarah yang bernama Tari. "Kamu harus banget kasih tutorial buat kita-kita Sar supaya dapat kayak modelan Pak Arka juga."

Sarah terkekeh pelan, "Suamiku limited edition, nggak ada duplikatnya."

"Iya-iya yang pengantin baru mah nggak mau bagi resep."

"Ah iya, by the way gimana rasanya itu?" Tiana mengedipkan sebelah matanya menggoda ke arah Sarah.

"Apa?" Sarah mengernyitkan kening tak paham, "Maksudnya?"

"Nggak usah pura-pura nggak tau deh, Sar. Itu loh..."

"Ya apa? Aku nggak ngerti." Sarah semakin di buat bingung ketika melihat tangan Tiana memperagakan sesuatu yang dia sendiri tidak tau maksudnya.

Tiana menepuk keningnya pelan, "Kayaknya kamu nggak sepolos itu deh, Sar."

"Maksud Tiana, dia tanya gimana rasanya buat anak." Jelas Tari to the point. Sontak karena ucapannya itu dia mendapatkan pelototan dari Sarah.

"Tari mulutnya kebiasaan banget." Gerutu Sarah kesal. Tari ini tipe orang yang ceplas-ceplos ketika berbicara. Tak jarang ucapannya membuat teman-temannya mengusap-usap dada.

"Maksud aku memang gitu, tapi ya nggak perlu di perjelas juga kali, Tar." Kali ini Tiana angkat suara.

"Aku cuma bantu menjabarkan pertanyaan kamu loh, Ti."

"Harus siap-siap denger jawaban nyeleneh kalau ada Tari di sini." Ujar Dea yang sedari tadi memilih sebagai pendengar.

"Jadi gimana, Sar?" Tanya Tiana lagi. Dia belum puas jika belum mendapatkan jawaban.

"This is my privacy." Sarah tak berniat menjawab sama sekali. Bahkan hanya rasa takut dan sakit ketika hal itu terjadi padanya. "Kalian nikah dulu kalau mau tau."

"Tapi katanya sakit tau." Ujar Tari.

"Kata siapa?"

"Kakakku pernah cerita soalnya. Awal-awal sih katanya sakit, tapi lama-lama-"

"Stop!" Sarah segera menghentikan ucapan Tari sebelum gadis itu semakin menjadi-jadi. "Kalian bahas apa sih? Dosa tau!"

"Belum saatnya kalian mikir kayak gitu. Masih muda juga."

"Tapi kamu lebih muda dari aku malah udah nikah." Sahut Tari tak terima.

"Terima takdir aja udah Tar. Kan bener kata Sarah, kita masih muda, kamu juga baru dua puluh dua."

"Iya sih, aku juga masih mau bebas jalan-jalan keliling dunia. Haha."

"Andaikan bisa, aku masih pengen kayak kalian. Bisa bebas tanpa memikirkan beban apapun." Sarah membatin dalam hati.

••••••••

"Sar, bukannya saya larang kamu kerja. Tapi apa nggak sebaiknya kamu cuti dulu? Kandungan kamu masih muda, saya takut kalau kamu kelelahan dan sampai berdampak pada bayinya." Ujar Selina lirih ketika mereka kini tengah berdua.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang