40

61K 4.3K 255
                                    

Arka memijat pelan pelipisnya yang kini terasa pening. Dia tidak mengira kalau masalah ini akan berbuntut panjang, sampai dia menemukan adanya kesalahpahaman akan dendam Regio padanya dan Saka atas kematian mendiang istrinya.

Regio, laki-laki itu sama sekali tidak ingin mendengar penjelasannya dan Saka. Dalam diri Regio seolah sudah terlanjur tertanam dendam akan kesalahpahaman ini.

Sekarang, dugaannya kian bertambah, begitupun dengan Saka, sang kakak. Sepertinya dugaan mereka kali ini tidak meleset, memang ada seseorang yang sengaja menabrak istri Regio, entah itu musuh Regio atau siapapun itu. Lalu, disaat Regio lengah karena berduka, orang itu membuat skenario seolah-olah ini semua ulah dari Erlangga, yang tak lain adalah dirinya dan juga Saka.

Entah bagaimana bisa orang sepintar dan secerdas Regio bisa percaya begitu saja. Yang pasti, ini semua adalah skenario yang telah dibuat oleh pelaku asli agar mereka tetap aman dengan mengatasnamakan Erlangga sebagai pelaku.

Arka sendiri, tidak mungkin baginya melenyapkan nyawa seseorang. Dia masih jauh lebih manusiawi dibanding Saka yang beringas. Soal dunia gelap yang melibatkan nyawa di dalamnya, jujur saja dia tidak masuk ke dalam sana. Dia menyerahkan semua itu pada Saka, dan anak buah mereka. Namun, ketika benar-benar orang itu sangat keterlaluan, barulah dia ikut turun tangan menyaksikan, meskipun dia tidak ikut turun tangan langsung. Tangannya terlalu suci untuk terkena darah-darah kotor dari manusia munafik.

Perusahaan Bramanthio Wijaya dan Erlangga Group sama sekali tidak mempunyai masalah apapun, entah dalam hal pribadi ataupun bisnis. Namun karena kesalahpahaman ini, mereka menjadi terlibat masalah yang tidak berdasar.

Bersama Regio saja mereka tidak pernah berinteraksi intens sebelumnya, apalagi dengan istrinya? Arka bahkan tidak mengetahui bagaimana rupa dari mendiang istri dari pewaris Bramanthio Wijaya itu. Bagaimana bisa Regio berpikir ini semua ulah Erlangga?

Sembari mengumpulkan bukti bahwa mereka tidak bersalah, Arka dan Saka juga tidak akan berhenti mencari seseorang dalang dari ini semua. Bisa saja orang itu adalah musuh dari Perusahaan Bramanthio Wijaya. Maka dari itu, langkah awalnya dia harus mencari satu persatu informasi mengenai siapa saja musuh atau saingan dari perusahaan yang Regio pimpin itu.

"Kenapa Mas? Kepalanya pusing?" Sarah bertanya ketika mengamati sang suami yang sedari pulang dari kantor tampak lebih lesu dari biasanya. Apalagi dia langsung duduk begitu saja tanpa membersihkan diri lebih dulu. "Mau aku bantu pijat?"

For your information, Sarah sudah mantap akan mengubah cara bicaranya dengan Arka menjadi 'aku' agar terdengar lebih santai seperti yang ibu mertuanya katakan.

"Nggak usah, nanti kebablasan lagi."

Sarah sontak terkejut mendengar ucapan Arka yang tidak dia pikirkan akan terlontar begitu saja.

"Ya ... nggak lah Mas, niatnya kan mau pijat, bukan aneh-aneh."

"Kemarin juga niatnya pijat, tapi akhirnya ... hampir kan?" Arka sedikit bergidik ketika membayangkan usapan lembut tangan Sarah yang menari-nari indah pada tubuhnya. Jujur saja, ketika semakin dirasakan, semakin sulit dikendalikan.

Sarah menggigit pipi dalamnya pelan guna mengontrol rasa gugupnya. "Mas Arka, kenapa jadi gini?"

"Gini gimana maksud kamu?" Arka menaikkan sebelah alisnya bertanya.

Sarah hanya menggeleng pelan. Mendapati Arka yang bersikap seperti ini nyatanya masih saja membuatnya gugup. Apalagi sejak membahas masalah yang mengarah ke keintiman, membuatnya tampak menemukan sisi lain dari Arka yang belum dia ketahui sejak awal.

"Mas Arka kelihatan pusing, ada masalah?" Tanya Sarah mengalihkan pembicaraan. "Kalau butuh tempat cerita, aku bisa jadi pendengar supaya Mas Arka lebih lega."

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang