Di keheningan malam, lagi-lagi seorang laki-laki tengah merenung sembari tangannya memegang sebuah figura.
"Sampai kapan pun, kamu tidak akan pernah tergantikan, She." Itu adalah janji yang selalu dia ucapkan ketika tengah memandangi foto mending istrinya.
"Tapi, sejak aku melihat Sarah, semuanya terasa berbeda." Sejak bertemu dengan Sarah, tak bisa dipungkiri bahwa Regio seperti menemukan istrinya terlahir kembali. "Aku seperti melihat kamu hidup kembali, She."
"Apa boleh jika aku melanggar janjiku sendiri?" Shera, mendiang istrinya tidak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun, namun seolah itu tidak berlaku untuk Sarah. Ibaratnya, Sarah adalah pengecualian. Dia tidak akan memberikan posisi istrinya pada orang lain, tapi jika untuk Sarah, dia tidak akan berpikir dua kali untuk menjadikannya bagian dari hidupnya.
"Tapi sayang, si bajingan itu sudah lebih dulu mendapatkannya." Ujarnya diiringi desisan kesal.
Regio kembali terdiam. Sedikit dari ucapan kakak-beradik tadi mengusik pikirannya. Apa benar dendamnya ini tidak berdasar? Cih, mana mungkin ada maling yang mengaku. Arka dan Saka jelas tidak akan pernah mengakui kejahatannya. Keyakinan Regio sudah tepat, bahwa mereka berdualah dalang dari meninggalnya istrinya.
Kurang jelas apalagi memangnya di saat orang yang menabrak istrinya sendiri mengatakan bahwa ini semua atas suruhan Erlangga, ketika dia berhasil menangkap pelakunya kala itu, tepatnya tiga tahun yang lalu.
Dua orang yang mengendarai mobil dengan sengaja menabrak mobil istrinya telah mengakuinya sendiri. Orang itu, adalah anak buah dari Erlangga yang sampai saat ini masih berada dibawah kendalinya.
Bohong jika dia tahan untuk tidak membunuhnya kala itu. Sekuat tenaga dia mengendalikan emosinya agar tidak benar-benar membunuhnya. Dia tidak akan membiarkan orang itu mati dengan mudah, paling tidak dia harus melewati penyiksaan yang menyakitkan.
Regio menggebrak meja didepannya dengan keras. Sorot matanya menajam dengan nafas yang memburu.
Dengan kasar, Regio bangkit dari duduknya. Tangannya lantas menyambar kunci mobil yang berada di atas nakas. Dia ingin melampiaskan emosinya pada orang yang telah menyebabkan istrinya tiada.
Regio melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Tujuannya adalah tempat dimana dia menyekap kedua orang itu.
Sesampainya di sana, Regio disambut hormat oleh beberapa anak buahnya yang dia tugaskan menjaga tempat ini.
Regio hanya melewatinya saja. Dia ingin segera melampiaskan emosinya seperti yang biasa dia lakukan.
Regio menarik kasar seorang laki-laki yang tengah terduduk dengan kedua tangan terikat. Tanpa basa-basi dia memukulnya beberapa kali hingga membuat laki-laki itu jatuh tersungkur. Lantas dia melakukan hal yang sama pada laki-laki satunya.
Beginilah caranya untuk melampiaskan emosinya ketika mengingat mendiang istrinya. Jika tidak mengingat bahwa kematian terlalu berharga untuk manusia biadab ini, dia tidak akan segan menghabisinya dari hari pertama dia mengetahuinya.
"Brengsek! Rasanya ingin sekali menghabisi kalian!" Umpat Regio geram.
"Habisi saja, kami sudah puas mendapatkan siksaan yang anda inginkan." Ujar salah satunya yang sudah terkapar di lantai, tangannya mengelap sudut bibirnya yang berdarah.
Regio berdecih, "Tapi saya belum puas melihat kalian lebih dari tersiksa!"
Laki-laki yang satunya menyeringai, "Bodoh, benar-benar bodoh."
"Kamu sangat mudah ditipu Regio."
••••••••
"Besok lusa dapat undangan ke pernikahan teman. Kamu ikut ya, Areksa nanti biar dijaga sama Mama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficción GeneralSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...